Sarapan Dulu, Nak 

Nasi Goreng via Femina


Banyak ahli gizi menyebutkan macam-macam manfaat sarapan, mulai dari meningkatkan daya pikir sampai dengan hal yang sederhana. Menunda lapar.

Namun saya mengabaikan itu semua. Karena, sarapan bagi saya terasa eneg ingin muntah. Kalau tidak dibantu dengan sambal atau kataliaator lain, gak bakalan kolu. Ya mirip banget ketika makan sahur.

Namun masalahnya adalah, ketika saya sedang tidak berselera untuk sarapan. Emak sudah menyiapkannya terlebih dulu sebelum saya bersiap berangkat. Jadi kan rasanya gimanaaaaaa gitu.

Dengan hanya bilang” kamu gak sarapan?” sambil menunjukkan masakannya, hati saya sudah rontok. Atau hanya bilang gini ” hmmmm“.

Mau dimakan eneg, kalau gak dimakan kasihan emak yang udah repot-repot bikin. Jadi akhirnya saya menahan eneg agar Emak tidak kecewa. Karena kalau udah membuat hati Emak kecewa, akan makin repot jadinya.

Saya lebih baik terlambat berangkat untuk menikmati sarapan itu dahulu.

Akan ada masanya saya akan merindukan eksklusifitas semacam ini ketika Emak tiada.

43 thoughts on “Sarapan Dulu, Nak 

  1. Kalau aku sebagai penawar eneg, biasanya bikin kopi pahit , jadi kalau selama makan dirasa eneg, minum kopi dulu biar kerasa pahit, jadi perlu sesuatu untuk penawar pahitnya (???) 🤣

    Like

  2. Kalo saya sarapan itu wajib banget, apalagi semenjak udah kerja. Kalo nggak sarapan, bakal susah fokus dan nggak bisa ngopi karena perut kosong. 😀

    Like

  3. Waktu masih SMA saya sering ngelewati sarapan, entah kenapa selera makan selalu kurang waktu pagi. Tapi waktu kuliah dan mulai merantau, keberadaan sarapan pagi yang selalu disiapkan di atas meja sama ibu di waktu sekolah dulu malah bikin kangen. Belum lagi buru buru ke kampus, sampai kampus perut keroncongan. Kuingin sarapan dengan bahagia.

    Like

Leave a reply to Layangseta Cancel reply