TUKANG CUKUR

image

Masih ada hubungan dengan cerita kemarin, ada saran dari teman dekat bahwa ketika sudah sembuh sebaiknya mandi yang bersih, trus bercukur dan keramas. Dan ketika aku bertanya model apa yang terbaik buat seumuranku? Katanya sih yang model acak-acakan biar wajah kelihatan lebih fresh, aku sih tidak tahu jenis model apa tapi dari hasil pengamatan di salon maka model itu di sebut model mandarin.

Setelah lebih dulu ke tempat langganan di dekat rumah, ternyata yang bersangkutan lagi sakit gula-gula, maka dengan berbagai pertimbangan (harga) maka di cobalah ke tukang cukur madura di pinggir jalan raya yang sering kelihatan ramai pengunjung baik siang maupun malam. Kalau di kota sih namanya barbershop (paling benci dengan penggunaan istilah asing yang berlebihan). Aku sendiri sih lebih tertarik ke tukang cukur daripada ke salon, selain kesalon lebih mahal seringnya juga minta model A eh setelah selesai malah jadi B atau C. Apalagi kalau pelayanannya cantik dan seksi, semakin malas ajalah untuk mampir karena sebagian besar mereka tidak memiliki skill yang cukup bahkan aku lebih suka jika di layani oleh waria. he he..bukannya gay, tapi seperti yang sudah saya jelaskan diatas yaitu lebih kepada keterampilannya memangkas rambut.

Sering sih lewat situ semenjak masih jaman sekolah, tapi paling hanya lewat atau mengantar teman potong rambut (dulu model yang lagi in ada lah yang seperti tokoh kartun Tin-Tin). Tempatnya di bawah sebatang pohon, di depan sekolah luar biasa yang di huni anak anak dengan kebutuhan khusus. Dulu masih menggunakan papan kayu untuk dindingnya, tapi sekarang sudah menggunakan bangunan permanen menyatu dengan Sekolah di belakangnya. Menurutku sih, aku lebih nyaman dengan desain lebih lama karena kelihatan lebih lega, lebih ramah terhadap pengunjung yang rata rata kelas bawah. Sekarang memang lebih bersih, tapi tidak begitu nyaman untuk sekedar duduk saja. Dahulu mereka tidak harus menyewa kios, tapi sekarang harus membayar sejumlah fee sekitar 5juta setahun kepada Sekolah di belakangnya. Untuk biaya harian sih murah, cukup beli satu set silet dengan merek biasa aja udah bisa di pake berhari hari. Tidak ada cost lainnya yang memberatkan usaha.

Ada 2 pekerja yang masih muda dan seorang bos, tugas bos tidak hanya ongkang ongkang kaki tetapi juga sering ikut mengarahkan dan menerima langganan ketika penuh. Seperti umumnya orang Madura lain, badan mereka pendek dan gempal serta memiliki kulit yang lebih gelap di bandingkan dengan orang asli sini. Cara ngomongnya juga aneh, kadang harus memohon mereka untuk memperlambat ucapan agar lebih jelas,pokoknya bukan tipe yang sedap di pandang. Tapi kalau untuk di jadikan sebagai teman ngobrol, mereka bisa meladeni hingga habis bahan obrolannya.

Di tempat ini  Ada 4 buah kaca besar, jadi dalam satu waktu bisa 4 pelanggan yang dilayani. Lumayan tidak perlu mengantri lama, cukup dengan menunggu tukang cukur favoritnya, karena masing masing orang mempunyai selera dan gaya berbeda walaupun kita menyuruh dengan jenis potongan yang sama. Tidak perlu khawatir akan keahlian mereka, orang madura asli memang mempunyai keahlian tingkat tinggi dalam mencukur (seperti halnya membuat sate ayam) karena jika tidak memilikinya jelas mereka tidak bisa bertahan di perantauan.

Tapi walaupun mereka bisa memangkas dengan berbagai model terkini, lucunya model tukangnya sendiri malah terlihat culun-seperti yang terlihat di foto. (Ya jelas saja, mana mungkin mereka bisa memotong rambutnya sendiri).Ibarat dokter bedah, walaupun ahli bedah dia tidak mungkin bisa mengoperasi dirinya sendiri jika terjadi sesuatu.

Setelah beberapa menit memperhatikan tahap demi tahap rambut gondrongku makin tipis, maka jadilah model pesanannya. Katanya model sasak, entahlah yang pasti lebih rapi daripada membiarkan rambut hanya tertata dengan kemilaunya gatsby tiap hari yang bikin lengket. Untuk ongkos kira kira 15 menitan plus bau ketiak, cukup dengan menyerahkan sejumlah Rp. 5000,- saja (langganan lama cuma Rp.3000,-)

Dan hasilnya baru terasa keesokan hari ketika mengajar, kata murid murid mereka suka, pak guru tambah muda, pak guru tambah ganteng, ada yang tambah unyu unyu dan versi terakhirnya adalah ada  yang mau ikutan potong model ginian. ya sutralah…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s