Sehabis rapat yang membosankan di dinas. Saya menyempatkan mampir di Perpustakaan Wonogiri sebelum pulang.
Perpustakaan ini letaknya agak dipinggiran kota. Tapi untuk mencapainya sangatlah mudah karena dipinggir jalan raya Wonogiri – Pracimantoro. Menjadi satu dengan kompleks GOR.
Ketika saya memandang gedungnya dari luar. Sepertinya tak ada yang berubah sama sekali sejak terakhir kesini. Masih satu lantai membujur Utara Selatan dengan cat warna putih putih coklat.
Setelah masuk, mengisi daftar hadir pengunjung dan menitipkan tas di rak (bukan loker). Saya berkeliling sebentar melihat-lihat suasana.
Bagian dalam secara kasat mata tak ada yang berubah. Masih ada ruang lesehan di bagian utara yang sering digunakan untuk acara anak sekolah, misalkan kontes mendongeng.
Ruang utama masih berisi meja resepsionis, 4 kolom panjang rak tinggi, meja besar yang cocok untuk membaca koran, dan ada juga meja private untuk mereka yang tak mau terganggu ketika sedang membaca. Dan sebuah TV besar diatasnya.
Dindingnya dihiasi dengan visi misi perpustakaan dan Bupati. Serta beberapa pajangan hasil lomba menggambar anak-anak SD.
Yang hilang adalah beberapa buah komputer yang dulu sering saya gunakan untuk mengerjakan tugas sekolah atau sekedar browsing tak tentu arah.
Saya bertanya kemana hilangnya komputer yang banyak itu. Dia bilang sedang dipindahkan ke gedung yang baru. Rencananya gedung itu khusus untuk kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan. Gedung itu sekarang sedang di renovasi. Saya tak sempat melihat karena banyak pekerja yang sibuk menyelesaikan gambar di dinding.
***
Menurut petugas, koleksi yang mereka miliki sekarang yang ada kurang lebih 26.000 judul. Saya memperhatikan lebih banyak buku lama daripada yang baru. Sebagian besar adalah novel, buku anak-anak dan buku tentang teknologi. Sedangkan koleksi mengenai bahasa, sejarah dan budaya sangat memprihatinkan.
Meskipun saya melihat masih banyak buku yang belum dikeluarkan dari ruang koleksi.
Untuk majalah dan koran, lumayan update. Seperti Intisari, National Geographic dan tentu saja Trubus. Korannya ya standar, misalnya Solopos, Jawa Pos, Sindo, dan Kompas.
Setelah puas melihat-lihat. Ternyata tak ada buku yang menarik bagi saya. Lantas untuk hiburan saya mengambil NatGeo yang membahas tentang pertanian di Belanda, saya duduk di meja besar sambil memperhatikan pengunjung yang rata rata anak-anak dan ibunya yang sedang sibuk main Smartphone. Petugas yang lagi nonton TV atau ngegame online.
Fasilitas Wifi gratis yang mereka sediakan sebenarnya cepet. Tapi tak bisa saya nikmati maksimal karena tak ada colokan listrik.
Untuk menjadi anggota perpustakaan cukup mudah. Saya hanya mengisi formulir pendaftaran, menempelkan pas foto 2×3 dua lembar dan fotocopy KTP.
Sekalian mengkonfirmasikan bahwa perpustakaan ini buka dari Senin sampai Jumat. Pukul 08.00 sampai 15.00. Hari Sabtu dan Libur Nasional tutup.
kayaknya pembangunan perpustakaan daerah/kota di Indonesia belum merata ya mas. 😣
LikeLike
Belum mas, tergantung niat daerahnya sih untuk alokasi dananya.
LikeLike
padahal membaca itu penambah wawasan atau malah lebih ya mas. karena saya sendiri merasakan manfaat dari buku. kalau gini nyesel saya jadinya pas masa SMA nggak sering mampir ke perpustakaan.., mana didaerah saya sekarang nggak ada perpustakaan kota/daerah. Toko buku aja cuma satu setahu saya. kalau mau ke gramedia mana jauh tempatnya. 😐
LikeLiked by 1 person
Iya,Mas. Karena bagi elit di atas sana isu seperti ini bukan sesuatu yang seksi dan langsung keliatan. Jadi tak pernah di lirik.
LikeLike
yah.. inilah yang menyebabkan Indonesia masih berada diranking 60 dunia untuk urusan membaca.. malah negara2 asean lainnya bercokol diatas Indonesia rankingnya.
LikeLike
Perpusda di tempat saya menghawatirkan banget. Ibart kata la yamuut walaa yahya. Ckckck
LikeLike
Bukunya lama atau gak ada koleksinya mas?
LikeLike
Iya gt. Jarang ada buku baru, malah keliatannya buku lamu juga banyak yg ilang. Duh
LikeLike
Wah ini sangat memprihatinkan, tak adakah peduli dari petugasnya? Sebenarnya ada dana khusus yang dialokasikan untuk membeli buku per tahun
LikeLike
Anaknya suruh baca, ibu main hp. Lalu apa kabar iklan buku anak2 di suka dikoar koarin sama ibu2 di fb? *eh
LikeLike
😂 terus teladannya siapa coba? 😂
LikeLike
Perpustakaannya sekilas mirip perpustakaan sekolahku waktu SMA dulu. Kondisinya sama. Asupan buku baru jarang, yang dominan hanya buku-buku lama 🙂
LikeLike
Ini juga seperti itu, buku lama aja kebanyakan buku pelajaran sekolah yang beda kurikulum. Sepertinya hanya biar rak keliatan tidak kosong
LikeLike
Sayang ya 😦
LikeLike
Tambahan, bukunya banyak yang berdebu. Memberi kesan petugasnya malas
LikeLike
Semoga budaya membaca makin meningkat
LikeLike
Semoga, asalkan buku semakin murah maka masyarakat akan lebih suka membaca.
LikeLike