Nenek sudah meninggal bulan Agustus kemarin. Dia mewariskan beberapa barang unik kesayangannya.
Salah satunya adalah KTP ini. Pertama kali liat, langsung kaget. Amazing banget, benar-benar diluar dugaan. Gimana gak kaget coba, aku udah terbiasa dengan banyak kartu plastik tebal desain menawan, eh barang penting hanya sesepele ini.
Jika diperhatikan, KTP hanya terbuat dari kertas biasa yang mudah kita temukan di tukang fotocopy. Ketebalannya hampir sama dengan cover buku anak sekolah. Tidak ada lapisan plastik laminating atau apalah agar awet. Kebayang kan betapa ribetnya menyimpan KTP jaman dulu. Ukurannya 15 x 10 cm. Dilipat menjadi dua agar dapat masuk ke dalam saku.
Bagian depan terdapat logo Kabupaten Wonogiri dan Pantja Sila dengan ejaan lama. Yang aneh, kok ada tulisan Surakarta??
Halaman kedua dan ketiga berisi foto, Nomor KTP, tanggal dan tanda tangan Tjamat serta informasi rinci pribadi yang semuanya ditulis by hand. Tulisannya miring bersambung dan rapi banget. Jenis yang sulit ditemukan pada jaman sekarang.
Informasi yang tertera antara lain.
- Nama.
- Laki”/Perempuan (bukan jenis kelamin).
- Bangsa.
- Agama.
- Umur/tgl kelahiran.
- Pekerdjaan.
- Alamat/tempat tinggal.
- Lain-lain.
- Dan yang paling bawah tanda tangan Kepala Desa tanggal 5 Djoeli 1968.
Kedua halaman ini memiliki 3 stempel. Pertama Tjamat, kedua Beta, dan yang terakhir Asisten Desa. Wah.. asisten, suatu jabatan yang keren pada masanya.
Sedangkan halaman terakhir berisi peringatan dan mekanisme pindah alamat seperti ini:
- Harus selalu dibawa dan didjaga djangan hilang atau rusak.
- Harus diperlihatkan pada waktu diadakan pemeriksaan jang berwadjib.
- Tidak boleh dipergunakan oleh orang lain.
- Djika pindah ke desa lain atau ganti alamat supaja lapor kepada Kepala Desa-nja, dan setelah itu harus ditundjukkan kepada Kepala Desa jang baru untuk diganti dengan Surat Keterangan jang baru.
Beberapa informasi yang belum ada dibandingkan dengan KTP jaman now adalah, golongan darah dan status pernikahan.
Eh enak kali ya orang jaman dulu gak keliatan udah nikah atau belum kalau dari KTPnya. Bisa poligami tanpa terdeteksi.
Semoga bermanfaat dan menghibur.
Wassalam.
Wah. Akupun baru lihat ktp antik 😮
LikeLike
Kalau dijual mungkin mahal ya
LikeLike
Ihh lucu ya bagian peringatannya, sungguh pemerintahan yg sangat detail dan peduli…hhhe
LikeLiked by 1 person
😂.. semuanya detail
LikeLike
Warisan administrasi yang keren.
LikeLike
Legeng banget
LikeLike
Warisan keren
LikeLike
Layak masuk museum
LikeLike
Baru tau KTP zaman dulu mirip kartu peminjaman buku di perpus kampus 😂
LikeLiked by 1 person
Eh iya ya, aku baru sadar ini mirip kartu pinjam😂😂
LikeLike
welehhh
kuwi bukan kartu
tapi buku lipat
wkwkwk
LikeLike
Cover buku mas 😂
LikeLike
pancasila selalu nangkring hehe.. tapi ini layak didokumentasi. aku baru pertama kali lihat ktp jadol.
LikeLike
Kalau gak nangkring nanti dibilang tidak pancasilais.
Iya mas, ini juga sebagaian dari pendokumentasian
LikeLike
Wah, ternyata mirip buku tabungan ku ukurannya.
LikeLike
Mungkin dulu Solo jadi “pusat” dari seluruh pengumpulan data KTP, makannya ditulis “Surakarta”.
LikeLike
Bisa jadi, kan Surakarta merupakan kotamadya
LikeLiked by 1 person
Lebih kecil lagi mas
LikeLiked by 1 person
Ejaannya masih jadoel
LikeLike
Saya heran, kenapa u nya tak pake oe, sedangkan Y pake J
LikeLike
Mungkin kombinasi udah agak meninggalkan jadul
LikeLike
Kombinasi yang membingungkan ya 😂
LikeLike
Itu mungkin ejaan setelah Van Ophuijsen, kalo nggak salah namanya Ejaan Republik. Ejaan Republik udah nggak pake “oe” lagi.
LikeLike
Ejaan Van Ophuijsen itu ejaan bahasa Melayu kuno.
LikeLike
Ohh , seperti itu ya Mas. Wah ilmu Baru nih.
LikeLiked by 1 person
Iya Mas, di Wikipedia juga ada kok.
LikeLike
Yang oaling jadi perhatian saya nyari status perkawinan nggak ada wkwkwkwkwk…
Pantes saja mbah kakung ku dulu nikah bolak balik (kalau jaman sekarang mungkin disebut playboy) hihi
LikeLike
Wih sama tuh, mbah Kakung dan uti saya juga demikian mas. 😂. Mantab jiwa pokoke ya
LikeLike
Hahaha kayaknya orng jaman dulu emang kawin cerai sudah jadu hal lumrah hihi
LikeLike
Bukan cerai mas, tapi ditinggalkan dengan status tidak jelas
LikeLike
Oh begitu kalau mbah kakung ku malah CLBK sama nenek ku. Hahaha
LikeLike
Opo yo jenenge? Balen ya?
LikeLike
kenapa ada Surakartanya ya Mas?
LikeLike
saya juga heran mbak. belum menemukan sumber yang valid. Surakarta merupakan Kotamadya.
LikeLike
mungkin dulu mereka satu karesidenan.
LikeLike
bisa jadi Mbak Ikha
LikeLike
Kaga pernah liat, edukatif 😀
LikeLike
😂😂 makasih
LikeLike