Bullying Secara Verbal

Yang membuat anak-anak tidak betah disekolah adalah bullying dengan nama orang tua dan pekerjaannya.
Pertama, nama orangtua.

Ada beberapa anak yang memiliki nama orang tua yang unik misalkan, Suparmin, Bejo, Tunggono, Mariyem, Sarno, Luki, Herman, Tukimin dan masih banyak yang lainnya. Bullying dimulai dari Suparmin yang kemudian mereka plesetkan menjadi SuperMan, Tunggono dirubah menjadi Tunggonono, Tukimin menjadi Tukiplus – jujur yang ini membuat saya tertawa tertahan, Herman dirubah menjadi bullying untuk menggerakkan hewan ternak – her..her..herr, Mariyem digunakan untuk menanyakan temannya sudah sembuh atau belum- Wis Mari, Yem??. Bagaimana dengan Bejo? Mereka plesetkan menjadi Bengong Jorok. Kreatif.

Yang tidak mengenakkan di telinga,  mereka saling berteriak satu sama dengan yang lainnya namun dengan memanggil nama orangtuanya di luar dan di dalam kelas, semisal si Yusuf memiliki orangtua yang bernama Lukito sedangkan si Rama memiliki nama orangtua Jarto, maka Yusuf akan memanggil Rama dengan Jarto dan begitu pula sebaliknya Rama. Mereka mengatakan seperti itu ketika salah satu darinya melakukan sesuatu yang menyebalkan atau tidak menyenangkan, lantas dengan spontan salah satunya  akan berteriak seperti ini, “ Huh, dasar Lukitooooo !!!”. Dan selanjutnya adalah efek bully berantai menjadi satu kelas. Kacau. 

Kalau keadaan sudah menjadi kacau dan terdengar sampai ke kantor guru, saya akan langsung menuju kelas itu, kemudian berdiri di pintu sambil bersedakep dan memandang mereka satu per satu. Udah itu saja, saya tidak mengeluarkan satu patah katapun, mereka pasti sudah diam sendiri. Kalau saya malah teriak-teriak tidak jelas, mereka malah akan semakin riuh. Setelah mereka mereda, maka saya kembali ke tempat semula –dengan di ikuti sorotan mata mereka yang jengkel. 

Kedua, pekerjaan orangtua.

Latar belakang pekerjaan orangtua anak didik kami beraneka ragam, mulai dari penjual siomay keliling sampai kepada TNI. Nah, yang menjadi korban bully adalah pedagang pedagang kecil, misalkan pedagang tempe keripik, mendoan, penjual arem-arem, penjual jamu gendong. Sebagai bahan bully an adalah barang dagangannya. 

Seperti halnya di atas, jika salah satu diantara mereka menjadi menyebalkan maka juga akan mengeluarkan kata-kata sindiran seperti ini, “ mendoan-mendoaaan,, masih hangat pak bu, seribu tiga”. Yang menjadi korban bully tentu saja akan membalas dengan kata kata yang serupa.

Bagi anak yang tidak kuat dan manja, bullying seperti ini akan mereka memasukkan ke dalam hati. Parahnya mereka mengadu kepada orang tuanya.

Pernah juga seorang orang tua wali pagi pagi sudah berdiri di depan pintu gerbang sekolah bersama putrinya disampingnya, bapak ini berniat ingin memberi pelajaran kepada beberapa anak yang telah membully putrinya di tempo hari. Ini benar-benar bukan penyelesaian masalah yang elit. 

Anak-anak, baik yang bersalah maupun tidak menjadi ketakutan, mereka bersembunyi di belakang saya. Gimana tidak serem coba, hla wong dia tinggi besar, hitam, memakai celana jeans dan kaos tanpa lengan yang memperlihatkan ototnya yang besar. Saya pun hanya setengahnya.

Setelah menunggu agak lama dan sebelum terjadi momen yang diluar kendali, kemudian saya memberikan pengertian kepada bapak itu, bahwa kedatangan bapak nanti hanya akan membuat masalah menjadi lebih rumit. Dengan kedatangannya, tentu saja semua anak akan menjaga jarak dengan putrinya, dan lalu mengucilkannya–dan ini benar-benar terjadi.

Saya membatin: Haduh pak, ini urusan anak-anak kenapa malah ikut-ikutan seperti anak kecil. Biarkan mereka menghadapi dunianya sendiri, biarkan mereka menemukan solusinya untuk masalahnya sendiri tanpa campur tangan orang tua, biarkan mereka lepas di luar dunia keluarga, dengan begitu mereka tidak akan lagi menjadi manja. Memang terkesan kejam, namun kita akan lebih kejam lagi ketika memanjakan mereka sehingga ketika mereka dewasa nanti tidak dapat menyokong dan menolong dirinya sendiri. Salah siapa?

Intinya, biarkan mereka survive.

Have a nice day, bro.

48 thoughts on “Bullying Secara Verbal

  1. Hahahaha. Mas, aku karo ngakak sih mocone. Miris tapi kok lucu. Miris sebenernya karena ternyata jaman nggak berubah. Dari jaman aku SD belasan tahun lalu, yang ternyata jaman Mas-ku SD hampir 25 tahun yang lalu, ya begitu juga ternyata masa masa anak SD. Yang beberapa di antaranya masaku malah berlangsung sampe SMA. Selain miris, malah menurutku hal yang wajar, jadi wujud ‘care’ sesama murid. Yang susah adalah yang nggak kuat dan nggak bisa survive. Jadi betul tugas guru yang menjaga agar yang bermula dari lawakan jangan sampai kelewatan yang menimbulkan sakit hati apalagi dendam. Semangat terus Pak Guru! 💪🏼💪🏼

    Like

    1. terimakasih mas, selalu semangat kok..
      bdw..bagian manakah yang lucu?😂..
      kalau setiap hari di bully semacam itu setiap hari, pasti akibatnya akan rendah diri..dan berujung putus sekolah.mas.

      Like

      1. Bagian kreatifnya anak anak yang menyerempetkan nama nama orang tuanya. Iya sih Mas, bener. Apalagi itu udah sampe bikin pekerjaan orang tua jadi becandaan. Kalo dulu yang kejadian di lingkunganku cuma sebatas nama aja.

        Like

  2. Memang, trnyta urusan perundungan verbal sprti crta di atas dmna mna kok mirip ya. Sy dulu sjak SD jg prnh kena rundung (bully) oleh bbrp tman sy, utamanya ttg nama ayah. Knp ya, knp di setiap zaman hmpir sama? Kayaknya ngolok nama ortu itu punya sensasi tersendiri yg gmn gitu ya.

    Wuih, smpai dtng k sekolah segitunya ya si bpk itu. Biasanya itu tu krn udah kadung kesal dan tersinggung. Cara sprti itu emang gak elit bnget, mnding ybs dtng k skolah temui guru atau kepsek.

    Btw, di sekolah mas Seta bkn krn kurang teguran ya mreka ttp sprti itu? Di sekolah sy skrg udah jrang yg bikin perundungan sprti itu. Sy sering beri pengertian bhwa mem-bully tman bkn hal yg baik, baik verbal maupun fisik.

    Like

    1. sama pak, ini ya mirip dengan saya waktu masih bersekolah.

      Beliaunya sudah saya kasih tau baik baik urut urutannya cara menangani masalah ini, namun yaah..kalau emosi dah di ubun ubun, pasti tidak mau tau.

      Teguran? lebih dari cukup pak.. surat pernyataan, pemanggilan orang tua….

      tapi karena bp mayoritas orang tua, maka mereka belum memahami ritme anak anak jaman sekarang. penanganan nya oldschool..

      Like

  3. he he he bulying seperti itu selalu ada di mana saja dan sejak dulu ya, seperti yg disampaikan mas Desfortin. Dan sama seperti yang mas Seta ceritakan di sekolahku juga acap kali sampai melibatkan orang tua/wali. Bahkan di jaman skrg bulying juga merambah melalui medsos sehingga bisa terjadi perkelahian antar sekolah, seperti yg terjadi di sekolahku belum lama ini, krn orang tuanya penjual sayur dibuly via FB oleh anak didik kami, maka anak didik dr sekolah lain membawa kakaknya melabrak ke skolah kami . hmmm… untung belum smpt tjd perkelahian besar, sdh bisa diatasi oleh guru2 sekolah kami.

    Liked by 1 person

    1. kalau di medsos kami malah jarang menemui, yang lebih sering adalah sindir menyindir tanpa menyebut nama, karena mereka tau saya sering berkeliaran di medsos dengan nama yang berbeda..

      hampir sama ya permasalahan nya..

      Liked by 1 person

  4. Susah kok rada2 susah ngampet ngguyu pas baca bagian pleset2in nama. Jaman SMP temen saya pernah kena bully jg tp aku kurang tau dibully gmn yg jelas anak satu kelas jadi diwawancarain satu per satu wali kelas gr gr ada laporan dr org tuanya. Yg semula ga ikut ngebully dia eh malah jd ikut ngomongin dibelakang 😂

    Like

  5. Saya dulu di bully dng dua kategori itu. Tapi ternyata pembuli tdk lebih dari yg di buli. Intinya jangan patah semangat krn itu akan membuat seorg menjadi lebih kuat. Namun, saat ini buli hrs jd keprihatinan bersama. Makanya salah satu caranya adalah edukasi anak dng baik

    Like

  6. Saya percaya, pembullyan verbal erat kaitannya sama pola asuh di rumah, Mas. Kalau anak yg cukup dekat dgn org tua, biasanya tdk akan ikut2an membuly atau menjadi rendah diri. Sebab, orang tua pasti menasehati dan menyemangati, Mas.

    Adik saya laki-lagi kelas 6 sd, nyaris kepercayaan dirinya turun mas, akibat teman2nya meledek rambutnya dengan sebutan rambut landak :S (rambut dia semacam jabrik gitu mas). Say sekeluarga berusaha sekali kasih penjelasan dan semangati dia dgn bahasa yg mudah dimengerti anak-anak. Alhamdulilah sekarang dia lebih mencintai rambutnya dan percaya diri lagi.

    Hal seperti ini menjadi PR bersama ya mas utk generasi mendatang. Supaya memiliki karakter yg berprinsip dan terpuji.

    Like

  7. Apapun mudah aja jadi bahan bully, selama itu berbeda dari yg kebanyakan, baik fisik, ras, latarbelakang keluarga, punya kebiasaan unik, dll.. semua orang berpotensi dibully dan membully.. dan aku rasa hampir semua orang pernah dibully atau membully baik secara sadar ataupun tidak..

    Tapi so far sih, kebanyakan orang yg bully kita hidupnya gak jauh lebih baik dari kita

    Like

          1. Aku gak ngerti kenapa orang yg fisiknya beda rentan jadi bahan bully.. padahal Tuhan menciptakan manusia beranekaragam, supaya bisa saling mengenali, bukan perkara mana yg unggul mana yg ngga.. Tuhan jg gak menuntut manusia utk hidup kompetitif.. gaya hidup kompetitif ada karena ciptaan manusia sendiri

            Like

            1. ya karena perbedaan itulah sebabnya, mereka belum memahami bahwa perbedaan itu tidak berarti akan membuat mereka mensyukuri apa yang dia miliki.
              Mereka hanya belum memahaminya secara jelas

              Like

              1. Iya ya, bener.. ditambah lg dgn bombardiran media bahwa manusia yg ideal adl yg begini dn begitu, yg intinya jauh dr realitas lah

                Liked by 1 person

  8. kalau saya perhatikan sebenarnya urusan bully-membully itu sangat dekat dengan kehidupan kita dan terkadang tanpa sengaja kita juga melakukan bullyng, contoh sederhana ketika ada yang jatuh, bukannya ditolongin malah ditertawakan, dan kondisi seperti ini sudah sangat umum di masyarakat

    Liked by 1 person

  9. saya sebagai pelaku yang melakukanya, jujur itu terjaid karna ikut-ikutan aja. dan tidak ada peran guru yang memberitahukan apakah itu tindakan yang benar atau salah. jadi hal seperti ini terus berlanjut karna ada rasa senang dengan melihat teman tertawa dan rasa bangga karna mencela orang. hmm

    Liked by 1 person

  10. Hahaha dulu aku sd, juga begitu. Tapi aku ga pernah tuh ngadu ke orang tua. Begitu pula teman temanku. Kita asyik dengan dunia kita sendiri. Malah takut kalo ngadu ke orang tua, malah kita yg kena semprot. Jaman sekarang malah kebalik, anak salah,wali murid malah ngebela anaknya. 😅 dulu anak yg ngadu ke orang tua tentang guru yg njewer, anak bakal kena marah double dari orang tua. Sekarang, anak dihukum oleh guru, malah orang tua datang bela murid, lapor ke polisi, gurunya di penjara. Selamat datang hilangnya moral di negeri ini deh kalau begitu cara pendidikannya.

    Liked by 1 person

    1. Sepakat, saya dulu juga seperti itu.

      dunia yang semakin membingungkan,
      kami sendiri jadi bingung harus bagaimana mendisiplinkan anak, masa iya ketika mereka tidak dapat di tolerir kami harus menggunakan senyum terus menerus, di kirain bercanda kali ya, ha ha

      Like

  11. saya pernah jadi korban bully (bahkan oleh beberapa oknum pengajar). alhamdulillah ada guru-guru hebat yang mengajarkan saya untuk jadi tangguh. keep it up, semoga guru-guru hebat itu senantiasa diberkahi oleh Allah.

    Liked by 1 person

  12. Tugas Pak Guru tambah besar nih untuk ngajarin mereka soal bahaya bullying.

    Anak-anak itu kreatif juga ya untuk buat plesetan nama-nama gitu. Cuman sayang mereka kreatif ditempat yang salah.

    Semangat ya Pak Guru. Hehe

    Liked by 1 person

  13. Alhamdulillah saya enggak pernah dibully soal ortu (nama ortu saya ‘biasa aja’ kalo mau dibuly). Dan kalopun nama ortu saya unik, mereka gak berani. Kata mereka bapak saya keliatan galak jd gak berani wkwk😂😂

    Liked by 3 people

Leave a comment