Hai, teman-teman. Selamat Pagi.
Era kini, guru dituntut untuk mengejowantahkan pembelajaran berbasis multimedia. Yang artinya guru tidak melulu ceramah sampai berbusa dari teng sampai teng. Ngantuk lah ya muridnya. Guru harus memadukan pembelajaran audio visual agar mendapatkan hasil maksimal.
Maka, sekarang guru lebih banyak sibuk didepan laptop untuk menyiapkan materi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Mereka mencari bahan pendukung yang berhubungan dengan tema yang diajarkan. Mulai dari desain slide wow, sampai video yang diambil dari YouTube yang masih berkaitan. Jadi, guru tidak usah pegang kapur atau spidol dipapan tulis untuk menjelaskan.
Kalau disuruh memilih antara kapur atau spidol, saya lebih memilih kapur. Karena sensasi menulisnya lebih asyik, apalagi kalau memberikan titik. Plakk.. Plaakkk.. Mantab nian.
Dengan pembelajaran multimedia seperti ini, peserta didik akan asyik dan mau memperhatikan pembelajaran dengan antusias. Mereka akan lebih mengingat apa yang guru ajarkan.
Namun efeknya, kini akan semakin jarang guru yang bisa menulis apik dipapan tulis. Banyak yang nulis asal coret sana coret sini, dengan panah centang merentang tak jelas. Ini termasuk saya, ha ha.
Saya masih ingat ketika masih sekolah, hampir semua guru memiliki karakter huruf yang bagus dan mudah dibaca anak anak. Apalagi ketika mata pelajaran agama Islam dan Basa Jawa. Guru kami dengan lincah dapat menuliskan huruf hijaiah dan aksara jawa yang indah, sulit ditandingi oleh kami yang masih pemula. Hal itu sangat menyenangkan.
Tulisan tangan mereka begitu membekas dalam ingatan, sampai-sampai jika menemukan rentetan tulisan yang mirip akan teringat mereka.
***
Jaman dahulu kala, katanya ada pelajaran menulis halus. Yaitu pelajaran yang hanya nulis melulu. Ada yang menulis tegak, tegak bersambung, lettering, atau entah apalagi. Pokoknya mereka diwajibkan untuk menguasai dasar dasar cara menulis yang rapih.
Have A Nice Day.
Saya masih ingat Mas,dulu belajar nulis huruf sambung di SD. Guru saya tulisan huruf sambungnya bagus banget.
LikeLiked by 2 people
Ah saya sudah tidak ada pelajaran seperti itu. Tapi saya mengamati bahwa guru senior tulisan tangannya lebih apik
LikeLike
walah
nulis pake kapur kan susah to
berdebu lagi
saya sih lebih milih spidol
LikeLike
Lebih enak kapur, ada kok kapur tanpa debu
LikeLike
nulis pake kapur terasa nostalgia msa zaman awal awal ngajar dulu.
LikeLiked by 1 person
sensasi menggoreskan kapur ke papan itu begitu nikmat
LikeLike
makin ke sini guru dituntut makin kreatif. saya kadang ngerasa seperti dilahirkan terlalu cepat. hihi … soalnya dulu guru-guru paling banyak ceramah.
LikeLike
Ada tantangan sendiri mas, anak. Kekinian katanya sangat berbeda dengan yang dulu, lebih susah untuk di ajarin
LikeLiked by 1 person
Sama, saya juga suka nulis pakai kapur. Sensasinya beda. Walau risiko kotor dan agak batuk-batuk. 😁 Kalau sepidol tulisan saya cenderung naik turun gunung 😂
LikeLike
Asyek kita sama… Kapur yang terkini ada yang tidak berdebu, ada juga alat untuk menyambung kapur agar tak kotor di tangan.
Terlalu licin sih kalau spidol
LikeLike
Baru tau saya kapur tulis udah terupdate. 😁
LikeLiked by 1 person
Ha ha, yang gak berdebu biasanya agak lembek mas. Semacam agak basah juga.
LikeLike
Lah mas? Harus pangkas rambut nih saya atau garang2in muka biar mirip mas mas. 😂😂😂😂
LikeLike
Hlaah, saya mengira.
Haduh maaf
LikeLike
Ga keliatan ya potonya. Kan pake kerudung. 😂😂
LikeLike
Sering buka wordpress di hape mbak, jadi gak kelihatan. Dari dulu saya mengira itu seorang yang memakai sorban. Maaf
LikeLike
Hahahah. Waduh. Ya gak apa-apa kok mas. Mungkin nama sya sekilas berubah menjadi tantowiyah padahal adawiyah. Heheheh. Lucu2 seru jadinya.😂
LikeLike
Berbagi sedikit.. dulu waktu jaman aku kls 1 SD (1997) di Jepang, ada istilah kakizome taikai, yg terjemahan bebasnya lomba menulis indah. Ini diadakan setiap habis libur tahun baru. Nah seperti apa lomba ini adalah menyalin tulisan tanpa boleh ada yg dihapus atau dicoret, gak boleh kotor karena semisal kena keringat atau ketumpahan minuman juga. Dan yg agak bikin kesel, huruf yg kita salin harus mirip sama contohnya, baik bentuk huruf maupun letaknya. Kalau kls 1-2 nulisnya msh pake pensil khusus, nyalin bbrp kalimat panjang d kertas yg kira2 seukuran sm kertas tes psikotes pauli. Kalau yg kls 3-6 nulisnya d kertas khusus (gak tau apa namanya), yg dtulis berupa 1-6 huruf kira2 dan toolnya make kuas dn tinta hitam.
Jujur, aku gak ngerti diadainnya aktivitas kyk gitu untuk apa, tp utk mulai, jeda dn berhenti harus pake diteriakin sm guru, ini yg bikin sulit khusyuknya sih. Alhasil aku gak pernah menang, hhahaha
Terlepas dari gimanapun bentuknya, tulisan tangan itu identitas jg, jd gak ada yg baik dan yg buruk selama masih bisa kebaca 😀
LikeLiked by 1 person
Wah nice share.. Itu kegiatan luar biasa. Saya beranggapan itu mengajari masalah mental disiplin. Bonusnya adalah tulisannya rapih.
Mungkin bisa diterapkan di sini.
Iya sih, itu adalah keunikan tiap pribadi.
LikeLike
Kalau aku ngelihatnya ini sbg latihan konsentrasi dan ada unsur meditasinya juga, krn yg ditulis jg kayak kalimat2 keagamaan gitu.
Kalau soal rapi, dgn adanya kakizome taikai ini jg gak menjamin tulisan setiap orang Jepang rapi, ada yg susah dibaca jg, semua kembali k masing2 individu.
Kalau menurut aku sih gak layak diterapin d sini krn bisa mengikis keberagaman dan kreatifitas. Dan mungkin krn ukuran, bentuk dan letaknya sama persis dgn font komputer, bisa jadi bakal sulit buat dianalisis sm grafolog
LikeLike
Saya belum pernah ke Jepang sih.. Cuma yang saya tahu dari sebuah anime, penulis “kaligrafi” itu menjadi profesi tersendiri di Jepang.. Ya, mungkin itu identitas bangsa mereka.. Jadi anak-anak penerus bangsa mereka harus bisa menulis huruf-huruf Jepang (Hiragana, Katakana dan Kanji) dengan “sempurna”..
#OpiniPribadi
LikeLike
Iya, penulis kaligrafi Jepang itu memang profesi tersendiri dan jadi profesi khas bangsa Jepang selain geisha, pemain sumo, pemain kabuki, dll, yg makin k sini makin gak diminati anak muda lokal, tp antusias dipelajari bangsa2 asing, sama lah kira2 nasibnya sama karawitan, pewayangan, dll d kita.
Btw klo boleh tau judul animenya apa?
LikeLiked by 1 person
Namanya Barakamon..
https://id.wikipedia.org/wiki/Barakamon
LikeLiked by 1 person
Sepanjang saya belajar (TK-PT) dan mengajar (SD) kok saya gak pernah mengalami pengunaan papan tulis kapur ya..?
LikeLiked by 1 person
Ha ha.. Bagus itu mas, berarti sekolahnya surga di kota dan maju
LikeLiked by 2 people
Saya dulu watku SD selalu ngefans sama guru penulis ijazah, tulisannya pasti bagus. Apalagi kalau nulis tegak bersambung..rapi banget
LikeLike
Iya mbak, mereka harus memiliki tulisan bagus
Nulisnya aja pelan pelan, tidur boleh ada kesalahan
LikeLike
Iya juga sih Mas ya. Dulu guru2 kita, tulisan2 tangan mreka bgtu membekas di ingatan, krn kerapian dan keindahannya.
Di zaman now hal itu memang sdh jarang ditemui, krn sdh tergantikan dg media zaman now. Yha, gmn jg ya, zaman mmang sdh berubah.
LikeLike
Apakah bisa dikombinasikan antara menulis di papan tulis dengan cara baru (multimedia)?
LikeLike
Ada mas solusinya
LikeLike