Assalamualaikum, teman-teman.
Saya mempunyai teman SD yang kerjaannya sebagai tukang foto profesional acara pernikahan. Layaknya tukang foto lain, dia memiliki banyak jenis kamera di rumah. Mulai dari pocket sampai mirrorless, semua ada. Dia juga membeli banyak lensa untuk menunjang semua jenis fotografi. Selain itu, dia juga memakai outfit yang mengesankan tukang foto banget, semua bajunya pasti ada tulisan Photographer atau National Geographic.
Ketika in action dia membawa lebih dari dua kamera beserta aksesorisnya yang canggih-canggih (untuk pamer). Dia sering menggunakan kamera lawas Canon 1200D dan entah kamera seri apa itu yang gedhe banget yang hanya dua digit dengan lensa wide dan tele. Saya tanya padanya mengapa tak menggunakan mirrorless aja yang lebih ringkas dan ringan, toh nanti juga masih main editing pake Lightroom, kan? Dia menjawab, ” Gini bro, kalau pake mirrorless yang kecil itu, nanti aku dikira gak profesional, dikira hanya main-main, jadi aku bawa semua aksesorisnya sekalian biar looks good di mata tamu dan pelanggan😂 agar tidak kecewa, yah meskipun tak terpakai semuanya sih. Coba bayangkan kalau aku hanya pake yang kecil itu, mereka pasti akan membatin “ah kalau hanya pake itu aku juga bisa, ngapain pake sewa” sebenarnya pake pocket aja dah cukup bagiku, karena aku memegang teguh quote yang disampaikan oleh master Darwis Triady, bahwa kamera hanyalah sebagai alat untuk menangkap cahaya, jika masukan cahaya tidak diperhatikan, maka hasilnya ya sama aja dengan amatir. Istilah singkatnya, man behind itu lebih penting ”
Setuju banget sih, sama halnya ketika sekolah kami menyewa tukang foto untuk keperluan ijazah. Waktu itu tukang fotonya hanya memakai Canon Powershoot A1400 jadul itu dan tripod imut sebesar elemen antena yagi. Melihat kenyataan ini, kami pun sangat kecewa, banyak yang bilang “kalau hanya pake itu sih, mending koe ae mas tak kon moto, Mas “ padahal secara kualitas ya miriplah, wong hanya untuk pas photo aja.
Eh ya, waktu Akhirussanah kemarin kan saya jadi tukang foto, dalam kerumunan banyak orang itu ada yang nyeletuk ” jaman sekarang kok masih ada ya yang ambil foto pake nginceng segala!”
Wassalamu’alaikum.
Ajining diri ono ing wusono, Pak. Ajining photographer ono ing ketok pinter dan ketok propesional. 😁 😁 😁 Wis rapopo lah.
LikeLike
yo iyo lah mas, moso wis di sewo larang kok gur nganggo kamera cilik ki yo piee ngono lah, po meneh gur hape😂😂, arepo hape saiki wis wangun lah hasile, po meneh klambine, mosok yo kaosan lan sandalan, sing duwe omah we mlithit lan dandan kok ya
LikeLike
Semakin sadar, kalau seluruh hidupku ternyata purapura. Aku menipu kamu, aku menipu diriku. 😁 😁
LikeLike
ini bukan menipu, tapi memuaskan pelanggan😉
LikeLiked by 1 person
Man behind the camera yang penting ya
Nice post, meski aku tak begitu ngerti paragrag terakhir sebelum salam
LikeLike
iyaa mas, 😂 itu kurang lebihnya., jaman sekarang kok masih ada yang foto pake viewfinder optik, daripada yang digital, jadi kesannya jadul.
LikeLike
Ya kurang lebih sama seperti pakaian ustadz. Di kampung saya, seorang ustadz mesti dan wajib memakai pakaian jadul dan khas ala ustadz2 tempo dulu. Padahal selama bajunya bersih dari najis, rapi, menutup aurat, itu tidak masalah.
Itu yg disebut dg stereotip kali yah. (CMIIW), di mana seseorang akan dinilai dari seragam atau pakaiannya tanpa bertanya dan mengetahui seberapa dalam ilmunya.
Sama seperti kasus fotografer ini, terlihat ‘pintar’ dan ‘profesional’ bisa menunjang kredibilitas dia sebagai seorang yang ahli mengabadikan momen melalui foto atau video.
Btw, apa itu akhirussanah?
LikeLike
Aku ikut nimbrung ngobrol di sini ah. Asik kayaknya. Iya stereotip, kalau ustadz kok cuma pakai kaos oblong dan celana pendek kesannya ‘saru’ padahal yo gak papa toh, wong cuma lagi baca koran di depan rumah atau lagi nyiram tanaman. 😁
LikeLike
Haha… nice joke
LikeLike
dalam dunia per-jasa-an, kesan itu penting mas😂
LikeLike
iya bener mas, ya kita bisa aja berbuat sesukanya dengan pakaian kita.
akhirussanah adalah Perpisahan Kelas Akhir mas, atau acara kelulusan
LikeLike
bilang dong, kalo ga ada yg foto nginceng trus yg dimintain foto pake kamera hape siapa dong
LikeLike
pake kamera hape pasti juga ada yang nyeletuk, masa foto resmi hanya pake hape😂..serba salah deh
LikeLike
bukan mas, tp mereka yg minta tolong buat difotoin pake hp mereka, nah itu juga tugas fotografer, mana ada temen motoin temennya sementara di situ ada profesional heehe
LikeLike
😂 gagal paham aku tadi, iyee.. itu telak, tak cobain ah kapan-kapan.
LikeLike
Yang penting presentasikan hasil2 karyanya selama ini. Bukan gearnya. Ada kenalan yg pakai mirrorless mini apc pula tapi hasilnya ngalahin mereka yg pakai full frame.
LikeLike
😂😂 ini pekerjaan jasa sih, jadi sesuatu yang membuat kesan itu kan didahulukan😂😂, baru deh hasilnya dipresentasikan, teman saya itu sebenarnya pake pocket aja hasilnya dah oke, tapi ya balik lagi ke soal gengsi dan harga diri yang nyewa, biar gak looks cheap, ..ya gak bisa idealis semau gue
LikeLike
Ya presentasi karya yg sdh dihasilkan juga salah satu cara membuat kesan. Banyak fotografer jatuh salfok ke gear serta kelihatan wah. Sementara income tdk sebanding.Jadi tdk bisa bertahan dlm bisnis ini.
LikeLike
😂, kalau dalam keadaan udah action gimana orang banyak itu akan menilai? presentasinya gimana coba? ini kan juga sebagai pancingan, agar tamu nanti menyewa dia.
biasanya yang gak bisa bertahan karena dia mencari jalurnya sendiri, dia gak bisa menjalin komunikasi yang baik antara penyewa dan komunitas
LikeLike
Sebelum seorang klien memilih fotografer biasanya dia melihat karya2nya dulu lalu terjadi diskusi atas kondisi2 yg ada lalu sepakat. Dalam kasus di atas besar kemungkinan klien tidak “siap” krn itu disarankan orang dan tidak ada briefing serta info yg memadai dr fotografer.
LikeLiked by 1 person
nah kan, ketika klien udah menghubungi maka baru presentasi, ..jadi balik lagi, penampilan itu sebagai pancingan biar mereka menghubungi kita, apa yang dia bawa saat itu sebagai portofolio hidup,
kalau gak.ikutan komunitas fotografer, pasti dia akan cepat kolaps,
LikeLike
Hahaha..terserah saja om. Ini toh sharing saja . Silahkan dicoba cara demikian bila mmg bisa bertahan utk 10 tahun..
LikeLike
ya mungkin beda kebiasaan masyarakat saja, Mbak. Disini yang kalah pasti yang gearnya gak lengkap.
Tapi temenku itu udah lama, semenjak dia masih sekolah.
LikeLike
Ya tipe kliennya kelihatan 😊
LikeLike
kalau sini sih, Mereka berpendapat foto yang bagus itu ya jernih, keliatan dari ujung kaki sampai kepala, dan dari depan.. cukup dah 😂, itu pendapat mereka
LikeLike
Kadang gaya itu juga penting. Asal gak kebanyakan gaya tapi no isi. 🙂
LikeLike
kesan pertama juga penting
LikeLike
Nginceng awas bintitan… 🤣🤣
LikeLike
itu kan kalau di sungai mas 😂😂
LikeLike
Waahhh.. pengalaman yaaa… 😅
LikeLike
hanya nemenin yang nginceng
LikeLike
memang benar seperti itu, saya pernah dicegah masuk ke lintasan balap gara-gara pas liputan cuma bawa HP setelah menunjukkan undangan resmi baru deh boleh masuk 😀
LikeLike
padahal hape belum tentu kualitas hasilnya kalah dengan kamera ya mas 😂
LikeLike
Kalo menurut aku temannya mas itu ga bisa disalahkan juga sih mas… toh dia hanya ingin memberikan kesan profesional saja kepada kliennya… masyarakat indonesia nya aja yang memang apa2 harus penampilannya dulu yang dinilai… padahal kalo di luar negeri untuk profesi medis yang kalo di indonesia harus berpenampilan rapi disana malah banyak yang tatoan, gondrong, brewokan lagi… hhahaha
LikeLike
kita memang bermasyarakat mas, suka atau tidak ya harus ngikutin mereka kan? kalau jasa emang paling rewel untuk hal yang remeh temeh
LikeLiked by 1 person
Hhhahahah.. ya seperti itulah kehidupan di negara tercinta ini mas..
LikeLike