Pengalaman Menjadi KPPS: Bimtek dan Formulir C6

Buku Panduan dan Potongan Formulir C-6

Setelah bimbingan teknis dari PPS dan PPK di kelurahan, kami diberikan buku petunjuk dan Daftar Pemilih Tetap di TPS kami untuk diperiksa dan revisi kembali.

As you know, TPS itu berdiri di setiap Dusun dengan jumlah pemilih maksimal 300 kepala. Naaah, kalau dalam satu dusun lebih dari itu, maka dibuatlah TPS lagi, gitu. Bisa gemporlah kita ngitungin kertas suara kalau pemilihnya kebanyakan.

Setelah semuanya fix, lantas kami mengisi formulir C-6 KPU (undangan) dan mengedarkannya kepada pemilih ke rumah-rumah dalam satu dusun. Yang bagian atas untuk dibawa pemilih ketika coblosan, dan yang bawah kami potong untuk dikumpulkan ke PPS setelah terdapat tanda tangan penerima.(seperti dalam foto)

Selama mengedarkan itu kami juga memberikan beberapa informasi yang berkaitan dengan coblosan, misalkan sebaiknya bawa ktp, tidak boleh diwakilkan, tutupnya jam berapa, jumlah kartu suara bahkan ada yang nanyain caleg yang pernah ngasih kaos itu di kartu warna apa ya? kalau yang ini gak saya jawab. Netral..

Meskipun tidak semua mau menggunakan hak pilih, tapi kami mempunyai kewajiban untuk menyampaikan semua undangan itu sampai ke yang bersangkutan tanpa sisa. Yang penting surat udah sampai, untuk hal yang lain itu terserah mereka. Kami gak mau disalahkan. 

Mereka mempunyai alasan sendiri-sendiri untuk gak datang, ada yang gak suka sama semua calon, ada yang malas, ada yang mengharamkan dan ada pula yang pernah pingsan gara-gara melihat lebarnya kertas suara.

Yang menarik adalah setelah sekian lama KPPS menggunakan dresscode putih dan hitam, maka periode ini kami tak boleh menggunakannya dengan alasan untuk netralitas. Karena setelan putih sudah diklaim oleh pasangan capres no urut 1.

Oh ya malam sebelum pembagian formulir itu, kami udah dikasih honor sebesar 500.000 untuk Anggota KPPS dan 550.000 untuk Ketua KPPS. Sedangkan untuk keamanan, 400.000, dan saksi 200.000. Meskipun tak sebanding dengan beban tugas kami, tapi ya ikhlas sajalah, toh kerja buruh cangkul yang capeknya minta ampun itu aja sehari hanya dihargai 60.000.  Yang paling enak adalah pengawas, hanya nongkrongin di TPS gitu dia dibayar 600.000 . Kan gimanaaaaa gitu. Pengawas tuh gak pernah mencari kebenaran, tapi selalu kesalahan saja yang diusik.

Dan terhitung mulai selasa pagi, kami harus menyiapkan TPS nya. 

Sampai jumpa di postingan selanjutnya.

 

82 thoughts on “Pengalaman Menjadi KPPS: Bimtek dan Formulir C6

    1. rasanya campur aduk. Mbak. udah capek nyocokin dll.. eh dianya gak datang, udah dikasih penjelasan ini dan itu eeh..dianya cuek…

      ah tapi saya ambil positifnya aja, yang gak datang dapat mempercepat proses penghitungan suara. Coba bayangkan jika gak datang 10 aja, itu artinya kami tidak harus melototin kartu 10 orang x 5 kertas suara= 50…😂😂😂 mayan kan

      Like

              1. sabar: mana ada guru sd gak sabar??
                pinter: mana ada guru yang bisa bikin buku sampai tembus Gramedia?
                Soleha: mana ada anggota persyarikatan yang gak soleha?

                Like

              1. bahkan, judul skripsi mbak loresta di UMM aja ada kok, sekalian dengan nama orang tua, tanggal lahir, persembahan…eh ternyata ga da persembahan untuk cowok, he he

                Like

  1. Harus ekstra fooding karena repot sana sini..
    Tapi jujur, aku salut deh kepada orang2 yg berpartisipasi begitu. Kader kami juga ada yg menjadi ketua,,, dan benar2 repot. Kami aza belum berani menyuruh apapun melihat kesibukan dia

    Like

  2. Wah, jadi KPPS ni ya …. pengalaman bru dong ya, lumayanlah Mas 500rb itu, mungkin gegara honor pengawas aj yg lebih gede makanya terasa gmn gitu ya, hehe…

    Sy sendiri, 5 thn lalu pernah jadi anggota PPK aja, jd ya cukup tahu lah sdikit ttg pemilu.

    Oya, sy kok jadi gmn ya dngar ada kejadian pemilih yg pernah pingsan pingsan lihat lebarnya surat suara, smpai segitunya kah? 😇😂

    “…ada pula yang pernah pingsan gara-gara melihat lebarnya kertas suara.”

    Like

Leave a reply to Dea Ayusafi Cancel reply