Hai, teman-teman. Selamat Sore.
Tadi saya masuk ke bengkel tambal ban.
Sebelumnya, saya lupa untuk memeriksa tekanan roda, sehingga ketika motor menghajar lubang jalan, roda depan langsung kempes seketika itu juga. Apes bener.
Nuntun? No.
Saya paling males untuk mendorong motor. Karena trauma ada orang yang meledek seperti ini. “hei..motor e opo galak kok di tuntun ke / Hei.. Motornya galak ya sampai-sampai harus dituntun”. Sejak saat itu saya anti nuntun. Bahkan ketika motor mogok aja saya rela membeli tali biar dapat ditarik oleh kendaraan lain.
Saya lebih baik mengorbankan ban yang ada sampai hancur dan mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli yang baru daripada capek dan berkeringat di jalan. Maka dari itu, saya selalu membawa ban dalam cadangan di bawah jok motor ketika perjalanan jauh, kali aja nanti ada musibah dan tidak menjadi korban zalim oleh tukang tambal yang tidak bertanggung jawab mematok harga.
***
Sesampainya di bengkel bukan langganan, pegawai menyambut saya dengan riang gembira. Dan mempersilakan duduk di kursi panjang sambil menunggu selesai. Sambil bernyanyi bahagia dia melakukan pekerjaannya dengan cekatan. Memijat ban, mencongkel ban luar, mengeluarkan ban dalam, mengisi anginnya sampai penuh, memasukkannya ke dalam air untuk mencari lubang (klasik tapi ampuh), menandai lubang, mengelem dan yang terakhir memanaskan. Setelah selesai dia riang berkata” Udah beres, Mas.” “Berapa, Pak?” ” 8.000 aja, Mas”. Saya lantas mengeluarkan selembar uang 100.000, yang dia balas dengan kembalian 5.000 an dan 2.000 an semua.
Kejadian ini membuat saya dongkol bukan main. Disaat saya sedang susah, dia bahagia bukan kepalang. Dia mendapatkan rejeki yang merupakan kesialan bagi saya. Dia mendapatkan, sedangkan saya kehilangan.
Andai kejadiannya dibalik. Saya yang tidak apes, maka gantian dia yang tak mendapatkan apa-apa. Saya bahagia dia sedih.
Cling..saat itu juga saya seperti mendapatkan wahyu yang turun dari langit karena kejadian kausal barusan.
Di dalam pikiran saya tertulis dengan font besar dan tebal “Jika kita mendapatkan musibah dan kesusahan, maka akan ada orang lain yang bahagia, sedangkan ketika saya mendapatkan sesuatu, pasti ada orang lain yang kehilangan.”
Wassalam.
inspiratif. mas. karena manusia tidak bisa hidup sendiri maka disebut dengan makhluk sosial. setiap orang memerlukan orang lain. kadang-kadang dia yang membantu dan di lain hari dia yang dibantu.
seperti di pekerjaan saya, kalau tidak ada customer yang refund tiket sama sekali, maka staff refund tidak akan bekerja
kalau tidak ada yang sakit, dokter tidak kerja
kalau tidak ada sekolahan, guru tidak mengajar
kalau orang-orang sudah tidak mau makan, warung makan akan gulung tikar
kalau tidak ada ban yang bocor, tidak akan ada profesi tukang tambal ban
dan sebagainya
LikeLike
Jadi, kenapa masih banyak orang yang menyombongkan dirinya sendiri. Padahal sebenarnya, dia sendiri hanya bagian kecil dari hidup.
LikeLike
benar, mas.
LikeLike
Saya heran juga dengan gaya hidup individualistik. Mereka itu seperti munafik dengan dirinya sendiri.
LikeLike
gaya individualistik karena baginya hidupnya sudah senang dan mudah, jadi dalam benaknya dia tidak butuh dengan orang lain
LikeLike
padahal akhirnya juga dia sadar bahwa prinsipnya tak benar
LikeLike
Makhluk “so sial” = sangat sial..?? Makanya perlu bantuan orang lain..
😅 peace yow..
LikeLike
Dalam beberapa kasus akan tampak seperti kejadian kausal yang bertolak belakang (apes dan untung), ya. Saya sendiri percaya bahwa tidak ada yang namanya sial. Keapesan yang saya alami bisa menjadi keberuntungan kalau saya mau memandangnya dari sudut pandang lain. Selalu ada yang bisa dimaknai dari sebuah kejadian. 😄
LikeLike
Betul banget. Banyak sekali kejadian yang awalnya dikirain keapesan tapi akhirnya menjadi sesuatu yang patut di syukuri. Contohnya ketinggalan pesawat, yang ternyata pesawat itu malah mengalami kecelakaan.
Dan banyak lagi.
LikeLiked by 1 person
Kisah yang menarik, Kak.
Kalau saya melihat peristiwa yang baru saja kakak alami ini sebagai peristiwa yang membawa saya pada kesadaran akan ‘syukur’, bersyukur. Bukannya saya ingin mengejek atau meremehkan peristiwa malang dan merugikan yang kakak alami, tapi saya melihat bahwa peristiwa yang kakak alami sebagai keuntungan, karena kakak bisa belajar dan mengambil hal positif dari kejadian ini.
Dunia memang berjalan seperti itu kak, kita adalah bagian darinya.
LikeLiked by 1 person
kadang emang harus digituin biar saya sadar,
LikeLiked by 1 person
Bannya ganti tubeless aja mas. Biar nggak repot ganti – tambal ban dalam
LikeLike
Kalau motor saya , harus ganti pelek juga
LikeLike
Kalau aku kena kesusahan, malah merasa seperti dapat alarm/peringatan. “Ibadahku kurang khusu’ nih, sedekahnya kurang banyak. Habis jahatin si A B C pasti nih..” Merasa diingatkan oleh alam. 😂
LikeLiked by 1 person
wah ini, wanita sholekhah ya gini. Selalu ingat dengan ibadah
LikeLike