Rumah Batu Ala Patrick di Wonogiri 

Assalamualaikum. Selamat Malam.

Hari itu hectic banget. Aku punya tugas mencetak raport dan setting server UNBK. Tapi teman yang lain sudah pada ribut. Mereka ingin melihat rumah batu yang sedang menjadi pembicaraan dimana-mana.

Sebenarnya aku malas banget, tapi apalah daya ketika para PNS itu menjanjikan akan mentraktir sate kambing muda yang paling enak se kota. Akhirnya aku luluh juga.

Kemudian, kami berangkat bersama-sama dengan sepeda motor sehabis sholat Jumat. Dengan alasan lokasinya tidak jauh dari kami saat itu.

Untuk rutenya, tak bisa mengandalkan Google Map, karena memang belum ada disitu. Maka harus mengandalkan cara tradisional, yaitu dengan bertanya orang di jalan.

Pertama kami menuju kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Setelah melewati pasar kota, kemudian kami bergerak ke arah timur mengikuti jalan raya yang menuju Gunung Tunggangan (jalan aspalnya hanya ini). Setelah beberapa menit melalui jalan nanjak dan berliku, kami melihat di kanan jalan udah ada plakat MMT kecil warna hijau yang menandakan arah ke rumah batu. Kemudian masuk gang kampung sebelah kiri sampai tempat parkir. Dan sampai lah.

Jalan Menuju Tempat Parkir

Dari tempat parkir, kami keatas melalui jalan berbatu sekitar 20 an meter, belok kanan melewati satu rumah penduduk dan sebuah kandang, dan voila rumah yang di cari sudah terlihat mata.

Sebuah batu besar, warna coklat kehijauan dengan lubang kecil sebagai pintu menghadap ke arah selatan. 

Pikiranku waktu itu, nih orang gila yak bikin rumah kayak gini. Ada-ada aja idenya.

Sebelum masuk rumah, kami berkeliling sebentar disekitar batu sambil foto-foto.

Bagian Luar
Bagian Luar

Untunglah saat itu sedang hujan. Sehingga tidak banyak pelanconng yang datang. Kesempatan seperti itu kami gunakan sebaik-baiknya untuk mengobrol asyik dan detail dengan pemilik rumah.

Bangunan nya?

Yup, seperti yang lagi heboh di YouTube dan TV. Rumah ini persis sebuah batu yang dilobangi. Kemudian dijadikan hunian. Namun ternyata materinya adalah semen dan pasir serta besi.

Pembuatannya dengan cara melapisi bagian atas dengan ram kawat kemudian di isi semen. Kemudian bagian dalam juga diceprot lagi biar lebih kuat. Dan yang lebih epik lagi, semua ini dibangun by hand. Sekitar 21 tahun yang lalu.

Rumah ini menganut istilah don’t judge the book by its cover. Dari luar emang kasar, jelek dan berlumut. Bahkan sepintas mirip goa sarang ular dan penyamun.

Namun, untuk ukuran rumah kampung, ini sudah sangat bagus. Lantainya cor halus dikasih ornamen ikan, tiang penyangga terbuat dari marmer dan keramik. Atap juga tinggi. Semua tanpa kayu. Bahkan dibangun pula area tempat duduk dengan bahan semen.

Ada sebuah almari disebelah timur yang aku kira beneran. Ternyata itu sebuah pintu masuk ke kamar tidur.

Rumah ini memiliki dua lantai. Lantai bawah untuk kamar dan ruang tamu, sedangkan lantai atas kosong. Tidak digunakan apa apa.

Untuk dapurnya, pemilik rumah membangun gubuk dibelakangnya. Bentuknya tidak sama dengan rumah utama. Hanya seperti rumah biasa. Hmm. Coba konsepnya dibuat batu, pasti akan lebih unik lagi.

Ketika didalam rumah, sangat panas teman-teman. Karena minim ventilasi. Ventilasi hanya terbuat dari potongan pipa pendek kemudian ditanamkan ke dinding.

Apalagi lantai atas. Udah persis sauna aja.

Bagian Dalam

Kami bertanya kepada pemilik rumah, mengapa suaminya membangun rumah macam gini. Dia menjawab, ” Waktu itu sedang banyak angin puting beliung, banyak rumah disekitar sini yang rusak dan gentingnya kabur dibawa angin. Suami saya kemudian memiliki ide untuk membuat rumah yang lain daripada yang lain. Rumah yang paling jelek dan kuat. Rumah yang gak bakalan laku dijual. Ha ha.”

Namun setelah jadi, suami itu meninggalkannya selama hampir 8 tahun. 

Asal kalian tau, pekerjaan suaminya adalah kontraktor. Dia tidak ada disini, namun hidup bersama dengan bininya yang lain diluar pulau. Katanya, setelah rumahnya terkenal, dia mau mengangkat teleponnya lagi. Jadi berkebalikan dengan kabar yang beredar di TV yang katanya suaminya udah gak ada. Eh apaan. Kok malah ngegosip. Skip ah.

Terus bagaimana bisa terkenal? Apakah pembuatnya dulu emang sengaja agar menjadi viral? Ternyata tidak sama sekali teman teman. 

Semuanya berawal dari Pak Lurah. Waktu itu dia sedang sensus warganya untuk didata, mana janda mana orang miskin. Karena akan mendapatkan bantuan dari pemerintah bagi lansia.

Kemudian setelah menemukan rumah ini beliau secara iseng meng-upload fotonya ke medsos. Tak membutuhkan waktu lama, berita ini langsung menjadi viral. Sampai-sampai ada media televisi yang mewancarai. 

Dan sejak saat itu, rumah itu selalu mendapatkan kunjungan banyak orang dari berbagai daerah.

Dia juga bilang bahwa sekarang kalau siang tidak bisa tidur. Karena banyak pengunjung yang datang untuk melihat liat atau sekedar mengobrol. Jadi ga enak dong nek? Enggak katanya, soalnya dulu dia malah gak bisa tidur malam karena mempersiapkan bahan jualan untuk esok harinya.

Juga kabarnya tempat ini akan dijadikan shooting film.

***

Menurut aku, tempat wisata model gini ini gak bakalan bertahan lama. Karena bertipikal, kalau udah tau ya udah. Orang hanya memenuhi rasa penasarannya. Setelah rasa penasaran hilang. Maka tak tertarik lagi. Tak akan balik kesana.

Beda dengan wisata alam dimana kita bisa menikmatinya berkali kali sesuai dengan mood.

Lantai Atas
Atap Yang Boleh Dinaiki

25 thoughts on “Rumah Batu Ala Patrick di Wonogiri 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s