Saya Membenci Karnaval Karena… 

Menurut KBBI karnaval adalah pawai dalam rangka pesta perayaan (biasanya mengetengahkan bermacam corak hal yang menarik dari yang dirayakan itu).

Kemarin kami karnaval. Mulai dari pagi hari sampai menjelang isya belum selesai karena begitu banyaknya peserta. Untuk pagi adalah bagian anak PAUD, TK dan SD, sedangkan yang siang wakil dari Dusun, Instansi, Toko, SMP, SMA dan SMK dan masih banyak yang lainnya. Jadi jalanan penuh dengan pawai sepanjang hari. 

****

Sebenarnya saya tidak menyukai karnaval. Tak taulah kenapa sebabnya. Saya seperti linglung dan tak tau apa yang harus dilakukan ketika berada dikerumunan banyak orang. Disaat orang lain heboh sana-sini menyiapkan untuk kegiatan ini, saya hanya santai dan menganggapnya biasa aja. 

Walaupun tidak suka, namun ya ikut, karena ada kewajiban resmi dari instansi, maka mau tak mau harus datang menyemarakkan. Kalau membandel dan hanya dirumah saja akan mendapat skors atau pengasingan. Buntutnya akan panjang. 

By the way,  tahun ini seluruh kecamatan dalam satu kabupaten mengadakan karnaval secara serentak tepat hari Minggu, 19 Agustus.  Ini imbas dari beberapa kecamatan yang tidak melaksanakan karnaval tahun lalu. Bupati sangat murka mengetahui hal ini, sehingga semua kecamatan bagaimanapun kondisinya wajib ada, kalau tak ingin mendapatkan sanksi dari pusat. Untuk menyatakan keseriusannya, maka ada tim pengawas khusus yang akan datang ke setiap kecamatan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan ini. Setelah itu mereka melaporkan ke pusat.  

***

Dalam pelaksanaannya, jauh hari sebelum hari H, panitia kecamatan akan memberikan juknis kepada masing-masing dusun mengenai tata cara dan tema yang sesuai dengan acaranya. Sehingga tiap dusun tidak akan memiliki tema yang bertabrakan. Ada tema pertanian, industri rumah tangga, perdagangan, otomotif dan lainnya. Jika ada yang ingin menyemarakkan diluar itu boleh saja,  biasanya mereka menggunakannya untuk promosi toko. Misalkan toko bangunan, daging, pulsa atau toko baju. Semua atribut menyesuaikan dengan tema yang dianut. 

Nah ini yang menjadi permasalahannya. Ada beberapa peserta yang tidak mau mengindahkan aturan ini. Mereka memakai atribut sesuka hatinya. Andaikan itu bermakna tak apalah, hla wong ini hanya sesuatu yang heboh aja. Contohnya orang tua memakai seragam SD, memakai dot,  memakai pampers, pembalut, kemaluannya dibesarkan besarkan dan masih banyak kehebohan lain. Sedikit maklum sih, karena ini merupakan ajang hura. 

Saya hanya menitikberatkan kepada dua golongan yang saya merasa eneg bin muntah, yaitu atribut sok wanita dan pocong. Saya paling membenci atribut sok wanita. Iya, para lelaki tulen yang kemudian berdandan dan berpakaian ala wanita. Lengkap dengan wig, dada palsu yang oversize, rok pendek super dan entah mengapa mereka mayoritas memakai seragam SMA Putri. Rasanya sangat menjijikan jika mereka seperti itu. Kemudian mereka akan berjalan, berakting seseksi mungkin. Bersuara sok merdu mendayu dan malah lebih kemayu dari Ayu. Coba apa maksudnya? Coba apa faedahnya?  Pembelajaran apa yang dapat kita ambil? Nothing. 

Selain itu, ada satu lagi atribut yang saya kira tak berfaedah yaitu pocong-pocongan. Mereka memasukkan dalam tema kesehatan. Mereka itu memakai kain putih untuk membungkus tubuhnya seperti permen, diperciki cat merah darah, perban kumal, kemudian merias mukanya semenjijik mungkin dengan bedak dan cat. Tujuannya untuk menakuti anak kecil dan mencari perhatian. Anehnya,  banyak orang yang suka ria mau berfoto dengan mereka. Bangga. 

Malangnya, Setiap tahun kedua golongan ini semakin bertambah saja. Dan semakin menjijikan. Saya paham bahwa mereka hanya ingin menghibur, tapi mbok ya yang sedikit lebih kreatif dan berkelas. Bukan hal seperti ini yang hanya untuk mencari perhatian sahaja.

Sepertinya panitia tahun selanjutnya kami berharap lebih bijaksana memberikan aturan serta sanksi yang tegas untuk mereka. 

Have a great day, my friends. 

21 thoughts on “Saya Membenci Karnaval Karena… 

  1. Di kampung kami, Alhamdulillah tidak ada dandanan aneh-aneh saat lomba karnaval tingkat RW 17an kemarin, mengangkat topik Asian Games, alhamdulillah juara 1, tapi saat jalan ke luarkota papasan dengan lomba karnaval, isinya amit-amit seperti yang mas tuliskan itu, jauh dari kata menghormati para pahlawan kita, sedih..hiks

    Like

  2. Wah, saa ketemu juga orang yang memiliki pilihan yang sama. Saya juga tidak suka karnaval, baik menontonnya atau ikut serta didalamnya. Alasannya lebih karena alasan personal, saya lebih memilih mengikuti kegiatan lain yang saya rasa menarik.
    Tapi, saya dengar Jember Fashion Carnaval menarik untuk ditonton, katanya sih…, saya penasaran kalau yang ini.

    Like

          1. Untuk hal ini, kita berada dalam satu kelompok, Kak. Saya juga sangat tidak menyukai keramaian, entah kenapa jadi cepat lelah dan menjadi tidak berenergi malah.

            Like

  3. Wahahahaa saya tidak terlalu benci karnaval sih, tapi, agak mempertanyakan aja perihal konsepnya.

    Terakhir liat karnaval kayaknya pas KKN dulu deh. Waktu itu ada satu kelompok yang menggunakan pakaian konsepnya… Kolor Ijo.

    APAAN BANGET BUSET :((

    Like

  4. Oo … ketidaksukaan Mas Seta itu dipicu oleh 2 golongan atribut yg “menjijikkan” tsb to, kirain apa, hee …

    Mmang sih, saya pun jd mrasa aneh klau hal tak berfaedah sprti itu ditampilkan saat karnaval. Saya stuju dg mksd Mas Seta itu, kreatif yg tak berfaedah 😅

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s