Selamat pagi,
Tahun Ajaran ini, kami melakukan kebijakan tidak populer, yaitu menutup akses keluar masuk siswa dari sekolah sewaktu istirahat dan jam efektif.
Alasannya, setelah bertahun-tahun mengamati, warung (makan) yang ada disekitar sekolah memberikan dampak yang tidak baik terhadap anak-anak kami.
Sebagian besar mereka menjual rokok.
Pernah suatu ketika kami menanyakan kepada mereka perihal ini, tapi mereka beralasan karena melayani pembeli lain yang bukan anak sekolahan, seperti misal bengkel, pegawai bank, atau orang yang mampir. Apakah kami percaya begitu saja? Jelas tidak. Karena ketika kami memperhatikan, warung itu hanya buka ketika jam sekolah.
Siapa juga yang dapat menjamin mereka tidak melakukannya.
Selain menjual rokok, Warung-warung itu juga sering digunakan untuk membolos ketika pelajaran. Sehingga kadang sampai guru BP melakukan sidak kesana. Mereka malah ngumpet didalam kamar. Guru BP kami tentu saja tidak punya kuasa untuk menggeledah sampai ke kamar kamar. Jelas gak etis.
Ada juga beberapa alumni sekolah kami yang masih sering nongkrong di beberapa warung itu. Jelas mereka akan memberikan lebih banyak efek negatif daripada yang positif.
Dari dua alasan itu, sudah cukup bagi kami untuk menutup akses keluar.
Konsekuensinya, segala kebutuhan siswa harus tersedia di dalam lingkungan sekolah. Mulai dari makanan sampai dengan kebutuhan tulis menulis.
Akhirnya, Ya maaf saja kepada warung di sekitar jika pendapatannya berkurang drastis. Tapi ini dilakukan untuk melindungi anak-anak kami dari hal buruk dari lingkungan sebagai tanggung jawab kami untuk mendidik mereka ke arah yang lebih baik. Jika saja kalian memiliki visi yang sama dengan kami, tentu akan lain cerita.
Have a nice day, bro.
hhhhh
susah sih
saya yakin walau akses ditutup
yang namanya orang dah kecanduan rokok
biasanya nemu aja akses lain
LikeLiked by 1 person
Paling enggak mereka merokok tidak memakai seragam sekolah dan membolos
LikeLike
Kalo udah ditutup aksesnya, coba guru sidak ke toilet. Biasanya banyak anak yang coba-coba ngerokok di dalam toilet.
LikeLiked by 1 person
Bener banget, kadang anak bawa dari rumah sih yaa
LikeLiked by 1 person
Bagus mas, walau mungkin masih bisa colong-colongan. Setidaknya ini bisa meminimalisir.
dulu kalo ada anak kecil beli rokok di sini sih harganya kami naikin, cuman tetep aja gak kapok, giliran ditanya katanya beli buat bapaknya. Bingung juga kami… Hhee
LikeLiked by 1 person
Ya masih mas, tpi paling enggak bisa diawasi kalau hanya dalam lingkungan sekolah.
Nah itu anak yang pintar yaa
LikeLike
Wah teringat jaman SMA.. Sekolah saya pun menerapkannya. Dikasih portal di depan pintu masuk.
Selain rokok, yang cukup mengkhawatirkan adalah alumni yang masih sering nongkrong.
LikeLike
Iya mas, alumni dan temen temennya, sudah biasa mereka mereka menyebarkan hal negatif. Misalkan gak usah belajar, gak usah takut sama orang tua, ayo kita mbolos, yang penting bahagia, dan kalau parah bisa untuk pacaran
LikeLike
Bagus itu. Tutup aja Pak. Tapi anak2 nya juga kudu makin dididik perilakunya agar gak coba diam2. Biarpun suatu hari gak ditutup lagi. Mereka tetap tidak akan nakal.
LikeLiked by 1 person
Itu pasti, paling enggak ini memberikan kedispilinan dan pembiasaan yang baik
LikeLike
Guru kadang suka dilema sama kayak gini ya, saya juga, banget pun. Pengennya anak murid tetep terjaga tapi malah khawatir merugikan orang lain. Tapi mendahulukan kebaikan anak murid memang bener sih.
LikeLike
Mbak nya guru ya?
Awalnya sih kami berembug tentang merugikan lingkungan luar sekolah, tapi akhir kata mereka lebih banyak memberikan pengaruh negatif. Jadi mau tidak mau harus tutup gerbang.
Solusinya jika mereka ingin mendapatkan penghasilan, kami persilahan menitipkan dagangan ke kantin. Kami tidak akan mengambil keuntungan sama sekali.
LikeLike
Saya pendidik juga, tapi gak di sekolah formal. Masalah mungkin berbeda, tapi intinya sama, mau yang terbaik untuk murid-murid.
Iya kalau sama masyarakat memang harus kita ajukan win-win solution ya kan hehe
LikeLike
Mau di formal atau enggak, sepertinya juga akan menghadapi masalah yang sama. Hanya saja kalau formal memiliki daya paksa yang lebih kuat.
Iya, memang harus seperti itu. Karena mereka kan juga secara tidak langsung menjaga aset sekolah
LikeLike
Jadi bayangin kayak warungnya Bi Eem di Dilan. 😓
LikeLike
Kondisinya emang mirip seperti itu, tempat anak anak mengeluarkan sisi liarnya
LikeLiked by 1 person
Mantap ini, Kak.
Kalau jaman saya dulu, baik SMP dan SMA, sulit rasanya untuk menutup pagar sekolah atau membatasi akses siswa untuk keluar masuk, karena kiri dan kanan sekolah masih hutan semua.
Syukurlah kalau sekarang sudah ada pembatasan seperti ini dan juga penjelasan yang baik dari pihak gurunya. Siswa juga perlu diinformasikan dengan jelas mengenai pembatasan seperti ini, orang tua juga. Biar tanggungjawab mendidik itu bukan hanya diserahkan sepenuhnya pada pundak guru. Kasian juga sih kalo ada apa-apa nanti guru terus yang disalahkan.
LikeLiked by 1 person
Kalau kanan kiri hutan sih malah lebih enak. Mereka tidak akan terkena perilaku yang buruk.
LikeLiked by 1 person
Tidak juga Kak, karena kalau Ayu ingat. Hutan malah jadi tempat yang paling tidak aman dan sangat mengkhawatirkan.
Kadang banyak teman-teman Ayu yang kedapatan bolos kelas dan larinya ke hutan belakang sekolah. Banyak juga yang menjadikan hutan sebagai tempat melakukan hal-hal yang tidak baik sepeti merokok.
Pernah dibuat pagar keliling, tapi rasanya percuma.
LikeLike
Ya termasuk alumni yg suka nongkrong di sekolah mas 😅 di dalam sekolah tapi. Soalnya makanan di sama murah dan enak
LikeLiked by 1 person
Iyaa itu mbak, katanya kangen sekolah
LikeLike
saya baru tahu kalau sampeyan seorang guru 🙂
selamat mengabdi pada negara!
LikeLike
Yaah.. Ketahuan deh.
Terima kasih mas
LikeLike
sama-sama, sd/smp/sma, mas?
LikeLike
Ngajar smp. Mas
LikeLike
Pukulan telak bagi penjual. Coba mereka kooperatif, masih bisa laku makanan dan minuman. Sekarang dah mampet kalo jam istirahat.
Kalo jam pulang bisa jadi berbeda omzetnya dengan waktu istirahat.
Dampak gak enaknya ya bisa jadi para penjual di pinggir jalan akan geram dengan pihak sekolah.
Apa mau dikata, perubahan memang memerlukan perjuangan.
Selamat berusaha melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dari lingkungan yang bisa di pegang.
Mantab mas guru.
LikeLike
Iya mas, udah berkali-kali dibilangin jangan menjual rokok eceran masih bandel aja.. Ya udah lah, akhirnya ya seperti ini.
Tapi kalau mereka mau menitipkan makanan atau minuman di dalam tidak papa kok, kami tidak mengambil keuntungan
LikeLike
Harusnya semua warung punya tanggung jawab juga untuk tidak menjual rokok kepada anak sekolah.. aku setuju dengan kebijakannya sekolahnya mas..
LikeLiked by 1 person
Pada intinya mereka hanya ingin mendapatkan keuntungan sebesar besarnya. Mereka juga malah melindungi anak anak yang demikian dari pantauan kami, mas.
LikeLike
Sebagai orang yg pernah merokok sejak kelas 3 SD saya punya banyak pengalaman mngelabui guru ketika meroko dijam sekolah. Walau sebenarnya saya jarang sekali merokok di lingkungan sekolah tp saya bergaul dgn mereka yg hampir setiap hari merokok di sekolah. Biasanya mereka merokok di tempat yg jarang di jangkau guru. Misal toilet belakang kantin belakang mushola dll. Bahkan terkadang di jam kosong ada yg berani merokok dikelas. Dengan cara mengancam siapa saja yg berani melapor kpd guru. Bkn utk mengajari tp utk menjadi perhatian bagi para guru jika ingin muridnya tdk merokok terutama di lingkungan sekolah lakukan sidak setiap saat di tempat tempat yg tersembunyi.
Klo saya termasuk nekat merokok didpan pak guru sekalian.
LikeLike
Sy salut bila mendengar ada skolah2 yg punya prinsip dan kebijakan yg tgas sprti skolah Mas Seta.
Krn bgmna pun, utk lbh baik kdang kita mmang hrs brani mengambil resiko, bhkan utk kebijakan yg tdk populer sekalipun. Sepanjang itu berdampak baik bg sekolah, why not…knp takut.
LikeLiked by 1 person
Iya pak, ini juga untuk membangun image sekolah pelan pelan lebih baik, meskipun akreditasi A tapi masih banyak kekurangannya di sana sini.
Yang jelas kami tidak mau di salahkan karena tidak bisa mendidik anak anak untuk lebih baik. Makanya kami mengambil keputusan telak seperti itu.
Thanks God ternyata orang tua dan wali malah setuju
LikeLike