Selamat malam,
Teman di kampung sering memberikan pertanyaan dimana saya ngekos ketika saya mudik. Saya dengan mantab menjawab bahwa saya ngekos di Masjid.
Sedetik kemudian mereka pasti akan membuka mulut lebar- lebar macam anak burung emprit yang minta makan, karena begitu lebarnya. Kemudian mereka akan tertawa terbahak-bahak sambil memegang perut, bahkan ada yang tidak kuat berdiri sambil memegang tiang rumah dengan kaki mengapit agar tidak bocor.
Setelah itu, mereka akan melontarkan sinisme yang hiperbolik seperti ini;
Alhamdulillah ya, sekarang temenku yang satu ini sudah ke jalan yang benar?. Ini pasti gara gara keseringan nonton sinetron religi !, Alhamdulillah, hidayah dari Allah sudah menerangi jalan hidupmu, nak !!, Apakah masjidnya tidak runtuh? Apakah lantainya tidak bolong? Waduh kok tiba-tiba menjadi hujan ya? Wah kemaraunya bakalan lama nih tahun ini !, Apa tidak salah denger nih? Heh, sholat elo aja masih bolong-bolong ngapain di masjid? Mau jadi Kiai ya? Eh udah beneran tobat ya? Wah sepertinya naksir anaknya pak kiai nih sampai dibela-belain ngekos di masjid. Ya ya ya, mereka saya tanggapi dengan senyum pahit saja. karena mereka tahunya saya ini hati dan pikirannya sama seperti mereka.
Anyways, yah seperti itulah keadaannya. Teman-teman saya tidak akan pernah percaya saya menjadi anak masjid waktu itu, karena saya sendiri termasuk anak yang sedikit mbalelolegung. Tidak sama seperti mereka, namun saya memiliki sisi yang baik – kata ikha.
Untuk ngekos di masjid sih sebenarnya memerlukan pemikiran yang matang, karena konsekuensinya berat dan memutus segala kebebasan, namun alasan utama sih karena gratis, jadi saya masih dapat menyisakan beberapa lembar cuan untuk membeli sesuatu. Sedangkan alasan lain, dengan ngekos di masjid akan banyak mendapatkan teman yang baik dan tempatnya bersih serta aman sehingga tidak terkena pengaruh buruk anak kota – kata babe.
Ketika ngekos, sebagai konsekuensi kegratisan ini, maka saya dan teman-teman memiliki kewajiban untuk membantu semua kegiatan yang diadakan oleh takmir masjid, antara lain membersihkan area masjid – nyapu, nyuci, ngepel- menyiapkan minuman untuk kegiatan, adzan yang digilir dan wajib ikut sholat berjamaah selama tidak sakit. Yah cukup ringan sebenarnya.
Tapi, Bagi insan yang lemah iman seperti saya, ngekos di masjid merupakaan siksaan berat. Contohnya seperti ini, lagi enak-enaknya tidur dan mimpi indah, kami dibangunkan untuk sholat tahajud. Eh mau lanjut tidur lagi udah mendekati subuh, gak jadilah nikmatnya tidur. Dan kantuk pun ditahan sampai siang hari.
Pernah ya, suatu malam saya ingin tidur didekat bedug karena hawa malam itu begitu panas dan satu satunya tempat yang saya rasa paling nyaman adalah di bawah bedug itu. Pada suatu pagi ketika waktunya subuh, teman saya memukul dengan keras bedug itu tanpa membangunkan saya terlebih dahulu. Jadilah saya kaget setengah mati. Waktu itu saya hampir berlari melewati pagar pembatas lantai dua karena begitu kagetnya. Teman saya yang memukul bedug tadi hanya berlalu didepan saya sambil melirik tanpa ekspresi. Sedangkan saya masih terduduk lemas dipojokan sambil memegang dada. Saya kemudian membatin akan membalas dendam suatu hari nanti. Pasti dan harus.
Yang paling saya tidak suka ketika ngekos di masjid adalah mendapatkan giliran untuk adzan. Saya tidak suka melakukannya, karena suara saya paling jelek diantara teman kos. Selain jelek, nafasnya juga pendek. Apalagi ditambah pake acara ndredeg segala, makin pendeklah adzannya. Kalau dipanjang-panjangin malah makin kelihatan bergetarnya, vibrasi. Bahkan teman sering meledek, bahwa dia tidak bisa membedakan adzan dan iqomah, karena pendeknya hampir sama. Ya wis.
Kegiatan menguras tenaga lain ketika Jum’at. Kami harus mengepel dari lantai dasar sampai atas sekalian tangganya. Pagi-pagi sehabis subuh sampai dengan menjelang berangkat ke sekolah. Karena masjid ini digunakan untuk sholat jumat. Mencuci karpet dan tikar merupakan acara rutin.
Mau main keluar dan mengeluarkan sedikit kenakalan remaja juga tidak bisa seenaknya. Anak masjid hlo ini. Harus sopan dan jaga image anak sholeh. Berat kan?
Dengerin musik aja gak boleh dangdut, kami setiap harus disirami oleh musik rohani. Jadilah aku tidak gaul dengan musik yang lagi top hits, sebagai balasannya saya sering menyelinap keluar ke lantai atas sambil membawa mp3 player yang ada radionya itu. Pura puranya sedang mendengarkan podcast.
Namun dibalik itu semua, kami benar-benar makmur untuk urusan makan dan fasilitas. Makan kami sangat terjamin, karena kami dikelilingi orang yang dermawan yang selalu memberikan kami makanan yang istimewa hampir setiap hari, pokoknya setiap hari itu ada aja yang memberikan sedekah (istilahnya) kepada kami yang termasuk musafir yang sedang menuntut ilmu.
Apalagi jika pada bulan Ramadhan seperti ini, makanan sangat berlimpah dan enak-enak. Sampai-sampai kami kebingungan harus menghabiskannya. Akhirnya kami berikan kepada anak-anak yang sering main ke masjid kalau sedang senggang.
Jika kami belajar, kami bisa dengan tenang dan damai memilih bagian mana dari masjid itu untuk mempelajari buku. Karena suasanya yang tenang dan nyaman hanya dalam tempo sebentar semua yang kami pelajari akan mudah terserap ke otak. Hasilnya akan sama dengan anak anak yang ngekos berisik itu. Meskipun ditengah-tengah kota namun memiliki ketenangan yang tidak dapat ditemukan ditempat lain.
Belajar didalam masjid akan sangat berbeda dengan belajar dikamar.
Kami juga dikelilingi orang orang soleh yang setiap kata yang mereka keluarkan selalu bermakna, menghibur dan halus. Kami bebas dari ujaran kebencian, ujaran menyengat, politik, dan sumpah serapah.
Jika sore hari, kami sering bermain sepakbola di pelataran masjid yang sangat luas itu. Atau kalau sedang galau saya sering memanjat Minaret dan nongkrong disana berjam-jam sambil memandang kota. Rasanya sangat melegakan ketika melihat banyak kesibukan disana sini, sedangkan kami santai-santai saja. Atau kalau iseng, saya akan membawa beberapa kerikil untuk dilempar ke bawah.
Maka dari itu saya akan merasa hommy banget ketika berada di masjid. Dimanapun saya berada. Tapi ya tetep, meskipun hampir dua tahun ngekos di masjid namun saya masih insan yang mudah luntur imannya.
Have a nice night, bro
Disediain ruangan atau kamar, Mas? Atau ngampar (rebahan bebas) di lantai masjid?
Itu cara bisa ‘ngekos’di masjid gimana? Izin ke ketua DKM ?
Sepertinya walau banyak insiden konyol (semisal tidur dekat bedug) terjadi, Mas nyaman-nyaman aja tinggal di sana. 😁
Post-nya unik. Saya jadi tertawa sendiri membayangkan tidur dekat bedug. Beruntung tidak tidur melingkar di dalam bedugnya. 😁😁
Oia, ada beberapa istilah atau kata dari bahasa Jawa yang tidak saya mengerti karena memang tidak tahu. Tapi, lepas dari semua itu post ini bisa menghibur saya.
Syukron.
LikeLiked by 1 person
ada beberapa ruang di samping masjid, mas. Ada juga 2 ruang yang dijadiin TK, jadi kalau pagi sangat ramai.
Iya, kita minta ijin melalui jalur teman dulu 😁😁, nanti di wawancara sambil di data. tahun pertama sama kos di masjid agung Wonogiri, tahun kedua pindah ke masjid lainnya yang lebih kecil.
nyaman mas, sangat. ya karena saya agak nakal saja jadi rasanya bikin gara gara melulu
LikeLike
Yang tidur di bedug emang lucu sih mas, gak kebayang kagetnya.
Terus suruh rajin tadarusan juga gak tuh mas?
Tapi bagaimanapun banyak hal baiknya ya mas, setidaknya gak terjerumus pergaulan sesat di kota besar. Dan ngasah kemampuan adzan juga tuh. Btw masih dipraktekin sampe sekarang.
Saya sendiri orang rumahan, tapi kalo jadi anak masjid juga kayaknya gak kuat sih mas. Karena pola pikirnya kadang sedikit berbau liberal. Wkkkk
LikeLike
liberal apa malas beribadah mas?? 😁😁.
kaget banget hlo mas, bedug besar hlooo.. pokoknya ya semua kegiatan wajib ikut, kalau hanya alasan malas aja bisa di marahin.
iya mas banyak positif nya, sampai sekarang ga bisa adzan dengan baik.. sama halnya nyanyi, kalau suaranya jelek ya selamanya jelek lah
LikeLike
Kyanya lebih ke males sih. Wkwkw
Hhhaaa. Terus balas dendam nya sampe kebayar gak mas?
Waktu Madarasah dulu saya malah juara dua adzan loh mas, dari dua peserta tapi. Wkwkwk
Nafas saya juga cenderung pendek dan gampang mpos-mposan.
LikeLiked by 1 person
terbalas tuntas dan lunas waktu bulan ramadhan 😂😂.
sebenarnya masalah mental sih mas, kan rasanya itu semua orang satu kota denger suara saya, seperti ada beban mental gitu.. akhirnya ndredeg
LikeLike
Ya sukurlah kalo sudah kebayar. Hhaaa
Nah tuh, ada suasana berbeda ya kalo diadepin audiens yang lebih luas. Hhii
LikeLiked by 1 person
bner banget, telinga beratus orang kok yang dengerin, salah sedikit kan jadi beban mental
LikeLike
Wow, ad istilah ngekos di mesjid jg ya, Mas.
Ternyata prnh jd anak mesjid jg ya.
Sy wktu di Jkrta dulu smpat jg siang2 mmpir k musola llu berbaring krn kecapean tp tiba2 sy bca tulisan dlm musola tsb: dilarang berbaring di musola! Astaga …🙈🙈 #kok jd curhat, bocor dech.
Tega bnget tu tmnnya Mas Seta, mukul bedug tnpa brtahu dulu. Gmn, dendamnya trblas gak pd akhirnya?
LikeLiked by 1 person
ya pernah dulu waktu masih sekolah pak,
alasan utama dilarang tidur dimasjid (apalagi di dalam) adalah akan mengganggu orang yang akan beribadah pak, coba bapak bayangkan kalau semua orang tidur di masjid, kan tidak lagi menyisakan tempat untuk beribadah.
teman itu sudah saya balaskan dengan lunas dan tuntas sampai kapok
LikeLike
Alsannya dpt dtrma. Cm mmang wktu itu sy sndirian di musola itu 🙂
Kapok gak brni lg ngulangi d situ ya..
LikeLiked by 1 person
iya memang seperti itu, kalau malam boleh menginap malahan pak, siapa aja boleh asal ada identitas jelas. apalagi kalau masjid yang besar tingkat kabupaten gitu, biasanya ada beberapa ruang tidak terpakai yang bisa digunakan untuk sekedar tidur, daripada menginap di hotel
LikeLike
kalau kost di Masjid emang saya belum pernah, tapi pas kelas 3 SMA saya malah hampir tiap hari tidur di Masjid sekolah bareng beberapa teman sampai-sampai di juluki jin mushola, awalnya cuma nyari tempat belajar menjelang ujian eh ketagihan 😀
LikeLiked by 1 person
wah saya itu malah belom pernah, soalnya mushola nya serem
LikeLike
Well penned ❤😍
LikeLiked by 1 person
thanks
LikeLike
“ketenangan yang tidak dapat ditemukan ditempat lain.”
setuju sama ini. belajar di masjid emang beda rasanya
LikeLike
benar sekali ikha, udah pernah kah?
LikeLike
Iya, udah pernah Mas.hehe
LikeLiked by 1 person
dimanakah?
LikeLike
Masjid kampus. Tp enggak kos tentunya, cuman ngerasain suasana belajarnya di sana saja.
LikeLiked by 1 person
paling tidak sudah pernah merasakan ya ikha yaa
LikeLiked by 1 person
iyaa Mas..
LikeLiked by 1 person
Kalo kisah asmara semasa ngekost, ada ceritanya gak?
LikeLiked by 1 person
Kisah asmara tentu saja ada, tapi dilain waktu sahaja 😁😁
LikeLike
Mantab banget.. ditunggu tulisan kisah asmaranya
LikeLiked by 1 person
engga ah itu kan rahasia
LikeLike