Pramuka, kenangan Jambore 

Sudah sejak saya baru masuk ke sekolah ini langsung di jebloskan menjadi Pembina Pramuka. 

Sekali lagi, saya sebenarnya tidak memiliki kompetensi apapun dalam Pramuka. Lebih Karena saya di korbankan oleh senior. Ketika  saya balik menolak untuk mengemban tugas, senior selalu akan berkata, “ Koe ae mas, sing enom. “ Hadeh. Batin saya ingin mengatakan, “njenengan mawon pak, kan sampun angsal pengalaman kathah”, hlah namun saya berpikir beliau akan menjawab seperti ini, “mulakne kui, koe ben tambah pengalam akeh”. Ya sudah saya mengalah, namanya aja junior.

Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib untuk sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013.

*****

Waktu jambore kemarin, kami menyeleksi beberapa anak yang sekiranya mampu untuk dapat mengikuti kegiatan 2 tahunan ini. Syaratnya adalah pintar, mandiri, fisik yang kuat, kreatif dan mampu menghadapi keadaan dalam kondisi tertekan sekalipun serta tidak rewelan. Dan satu syarat utama adalah di ijinkan oleh orang tua.

Kalau untuk urusan Tri Satya, Dasa Dharma, Morse, Semaphore dan lain lain ya wajiblah ya

Saya kemudian mencoba untuk memasukkan satu anak yang low under the low. Namanya Tris Yoga (dalam foto adalah anak yang paling tinggi itu) Untuk urusan ini saya harus mati matian dengan guru lain yang tidak setuju, karena dia tidak di anggap pintar, tidak dapat serius, dan hal negatif lain dan beliau beranggapan nanti mungkin dia akan membuat malu regu kita. 

Kenapa saya menginginkan anak ini? Entah..saya juga tidak tahu alasannya.

Saya kemudian memasukkan ke dalam regu inti, bukan yang jagain tenda.

Ketika kami sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Jambore, anak ini menjadi tempat bully anggota regu lainnya. Dia lemah hampir apapun, pertama, semaphore tidak hafal, padahal sudah saya kasih kunci bahwa ketika tangan kanan itu di bawah membentuk sudut 45, huruf yang keluar adalah A, N, M, K, L, I dan H.  juga sudah saya jelaskan huruf mana saja yang mudah antara lain, N, R, U, P, J Sering terjadi terbalik antara X dan I, O dan H, J dan P. He he .

Kedua , morse lebih kacau lagi. Ada aja alasannya, katanya peluitnya kurang keras lah, lagi pusing lah, terlalu cepatlah, marah marah karena tidak dapat membedakan mana yang panjang dan pendek lah. Hah..semuanya menjadi bahan komentar.

Ke tiga, Untuk tali temali, karena meskipun di ajari tali-temali dengan sabar, namun dia sulit untuk mengingat urutannya. Kalau sudah satu atau dua langkah, dia pasti akan mulai kebingungan.

Hla wong ikatan pangkal saja saya sampai bosan untuk memberikan contoh. Padahal ikatan pangkal merupakan ikatan dasar untuk semua pioneering. 

Untuk menyambung dua tongkat, yang pertama adalah ikatan pangkal, begitupun juga pada akhiran nya. Kaki tiga, canggah, tongkat..eh enggak ding kalau tongkat.

Oh ya, ikatan tidak sama dengan simpul hlo. Kalau ikatan itu pasti di tambatkan dengan suatu benda, misalkan tongkat, kayu, rotan, atau pasak, sedangkan simpul pasti hubungannya dengan sama sama tali.

Maka dari itu, ketika anggota regu lain sibuk menyiapkan segala macam kebutuhan tendanya masing masing (rak, gantungan baju, tempat sepatu, gerbang, dan keperluan kecil lain) dia hanya menjadi pesuruh saja, ada yang menyuruh mengambilkan palu, ada yang bambu dan ada pula yang tega menyuruh untuk membelikan es teh dan lotis agar anak anak tambah bersemangat kerjanya. Ketika dia mencoba membantu eh malah jadi memperlambat pekerjaan. Ah jadilah dia bahan penyulut emosi teman-teman nya.

Lanjuut, dan hari H telah tiba. Pada saat upacara pembukaan ada satu anak yang pingsan karena matahari serasa ada 4, tau sendiri lah matahari di bulan Agustus gitu.

Hari pertama itu setelah dhuhur acara  di awali oleh pawai budaya, yah kami di berikan tema mengenai budaya Indonesia dan kemudian segala perniknya di usahakan sebisa mungkin untuk menyesuaikan.  Alhamdulillah kami mendapatkan tema budaya Jawa Tengah sehingga kami cukup menggunakan kain batik, baju lurik dan blankon cukup lah. Setelah itu melakukan long march keliling.

Ketika melakukan parade, nih anak ternyata memperlihatkan keunggulannya sebagai pemimpin sejati. 

Dalam istilah pendidikan dia seperti slogan Ki Hajar Dewantara bahwa pemimpin yang baik adalah seperti ini, ing ngarso sung tuladha ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Yang berarti, di depan dia memberikan contoh, di tengah memberikan semangat dan di belakang memberikan daya kekuatan.

Sesudah parade dan pawai itu, dia menjelma menjadi sosok yang jauh dari bayangan kami selama ini. 

Dia dapat memahami emosi dari regu nya ketika pembagian tugas tidak berjalan sesuai rencana, dia mampu memahami ketika anggota regu sedang down melihat pensi dari regu lain yang luar biasa bagus untuk kemudian memberikan nasihat mencengangkan, dia mampu mencairkan suasana yang tegang ketika berebutan ide, dia datang di akhir dan menuntaskan semuanya.

Empati yang luar biasa. 

Dia ternyata rendah IQ namun jenius EQ.

Bukankah ini yang di butuhkan sebuah tim? Daripada banyak yang pintar namun maunya menang sendiri.

Saya hampir meneteskan air mata ketika dia benar benar mengeluarkan segala potensinya yang selama ini tidak ada orang yang tahu.

Sebagai penghormatan setinggi tingginya terhadap anak ini, pada malam itu kami duduk melingkar di tenda putri di temani api unggun kecil. Masing – masing dari kami, satu per satu memberikan sepatah dua patah kata untuk menyatakan dia merupakan pahlawan buat regu kami.

Kami terharu, kami meneteskan air mata bersama, malam itu merupakan malam yang tidak akan pernah kami lupakan selamanya. 

Dalam kegiatan pramuka ini, kami semakin menyadari bahwa kadang dalam lumpur lumpur hitam itu terdapat emas dan berlian yang menunggu seseorang yang tepat untuk mengasahnya agar menjadi mengkilap, bersinar dan membuat nya berharga untuk di lepaskan.

Kenangan itu menjadi manis ketika kami mendapatkan penghargaan juara pertama untuk kategori Tenda Terajin.

Meskipun kami tidak memenangkan pentas seni, namun kami cukup bahagia. Pulang dengan membawa sejuta kenangan, yang kelak saya berharap akan menjadi berguna untuk menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.

Teruntuk:

Nur Faazaa Al Muttaqin Purwa Atmadja, Ahmad Bayu Saputra, Tris Yoga Pramudito, Yanwar Bagas Pangestu, Yufan Wahyu Setiawan, Yusuf Rafiq Febrian, Rahmad Nur Ramadhani, Muh. Hamman Al Hafizh, Muh. Azizyah Putra, Muh. Al Anshor, Fajar Wicaksono, Dhani Dwi Mahardika.

Fatimah Nurul Jannah, Indah Sulistiowati, Nila Ika Arsita, Hanifah, Evilia Rosi Yanti, Khuswatun Khasanah, Ajeng Dias Kusuma, Widya Herawati, Annisa Febrianti, Apriani Pinilih, Vivi Suryani, Trisnisa Febrianti

Kami bangga terhadap kalian. 

Kami mengingat kalian selama nya.

Kalian memberikan kami pelajaran berharga.

36 thoughts on “Pramuka, kenangan Jambore 

  1. Wah, untung mas ngasih kesempatan buat dia ikutan ya. Walau sebelumnya banyak guru yang ragu.

    Semasa sekolah SD, saya juga punya teman yang secara IQ kurang. Tapi di masa kini, kehidupan dia justru kelihatan lebih baik dibandingkan mereka yang dulu berprestasi. Karena selepas sekolah baru ketahuan dia emang lebih baik dalam kecerdasan emosinya dan jadi pedagang yang cukup sukes sekarang. Semua orang memang punya potensi dan kelebihan di bidang masing-masing ya.

    Btw mata saya berkaca-kaca bacanya, 😓😓

    Like

  2. Saya tidak sengaja, dan saya sebenarnya tidak berharap lebih mas pada dia. Dorongan kuat nya hanya ingin saja.

    Saya juga mas, yang mempunyai iq tinggi malah menjadi pesuruh saja. Karena terlalu pintar dan banyak berpikir maka dia melewati momentum yang baik di masanya.

    Ah mas Jalil, padahal saya tidak pintar merangkai kata.

    Like

  3. Tris Yoga keren, beruntung bertemu guru yang memperjuangkannya sampai bisa ikut Jambore.

    Saya pramuka, tp ga pernah bisa ikut jambore. Jangankan Jambore, HUT 17an saja ga masuk, karena … kecil. 😆

    Like

    1. 😂😂 saya tidak sengaja, Hanya feeling.

      Ah saya juga kecil mbak, dulu waktu masih sekolah di pilih karena kemampuan Morse,semaphore dan Pioneering saya lebih jago daripada yang lain… untuk urusan fisik misal panjat panjat gitu saya nyerah deh..

      Like

      1. Feelingnya pak Guru tajem berarti. 😂

        Sekecil-kecilnya sampean, sek tetep kecil aku Mas. 😂😂 aku cuma jago LBB. Hehe Morse, semaphore saiki malah banyak lupanya..

        Like

          1. Iyes. Betul Pak Guru. Karena ga pernah digunakan jd lupa. Jaman kuliah males ikut pramuka . Hehe

            Eh, iyakah.. karena pramuka lebh dekat ke alam mngkn ya.
            Saya suka gunung sejak kecil.. tp suka pramukanya baru SMP. Pas Sd cuma ikut2an.

            Like

  4. Kenangannya inspiratif mas. Sy suka. Kita tentu akan merasa terharu bila tahu trnyra anak yg slma ini diremehkan di bidang lain tp ternyata unggul di bidang tertentu…luar biasa.

    Oya, menurut sy, ilmu kepramukaan Anda gak sprti klaim Anda sblumnya dech, 😀
    Pembinanya bgus juga, bangga tu anak2 dg pak guru sprti Anda ini. Maju trus pramukanya ya…

    Like

  5. Duh, terharu bacanya. Tulisan Pak guru muda ini selalu inspiratif & menghibur tanpa menggurui 😊. Enggak ada anak yg bodoh menurutku sih, cuma belum menemukan guru yg tepat saja. Sekaliber Prof. Yohanes Surya saja bisa bikin anak2 pedalaman irian yg dikata IQ rendah ikut olimpiade sekelas internasional kog.. haha

    Like

  6. asyiknya ikut pramuka itu jadi gak boring di sekolah. apalagi sama yang namanya lomba gerak jalan dan persami/perjusami. saya ngerasain cinta monyet pertama kali saat kelas 5, pas ikut persami 🙂

    Liked by 1 person

      1. iya lho, sampai sekarang masih inget. soalnya ketemu tuh cewek di beberapa event pramuka, padahal gak kenal wkwkwk

        Like

Leave a reply to layangseta Cancel reply