Jika yang lain melaksanakan satu hari satu juz, satu sedekah, satu hari satu artikel, satu hari satu masalah maka aku menggunakan prinsip satu hari satu tanaman. Maklum lah di kampung, apalagi kegiatan mengisi waktu luang selain itu. He he.
Aku setiap hari menanam. Tiada satu haripun aku tidak menyebarkan biji ke tanah. Tumbuhannya bisa apa saja, mulai dari sayur sayuran tidak penting sampai dengan tumbuhan berumur panjang seperti jati, pepaya bahkan jeruk. Yang jelas apapun biji yang ada harus aku tanam setiap hari.
Aku melakukannya setiap sore karena menurut petuah orang orang jaman lama, menanam itu sebaiknya dilakukan pada sore hari ketika matahari tidak begitu panas, karena menurut mereka hasil dari tanaman itu juga akan berbeda dibandingkan dengan tumbuhan yang ditanam pada pagi hari. Alasan lain adalah biji yang di letakkan di tanah tidak akan langsung terkena panas, namun masih mendapatkan kelembaban alami dari tanah dan embun ketika malam hari.
Lagian aku juga tidak mau berpanas panas dan menyiksa diri. Bisa menyebabakn kulit menjadi gelap.
Karena setiap hari ada saja tanaman yang saya sebar, maka dari aku juga tidak pernah berhenti dalam urusan panen.
Ketika yang satu mati, maka yang lain sedang tumbuh. Ketika yang satu sedang tumbuh maka yang lain sedang berbunga, ketika yang lain sedang berbunga maka yang lain sudah berbuah, dan ketika yang lain berbuah yang lain sedang masak dan bijinya siap untuk disemaikan lagi di lahan.
Dalam bahasa kerennya dalah take and give. Aku menanam juga panen dalam satu waktu dan kesempatan.
Menyaksikan tanaman itu tumbuh, berbunga lalu berbuah merupakan suatu keistimewaan tersendiri bagiku. Dengannya aku memahami bahwa logika manusia yang selalu di dewakan itu ternyata tidak ada apa-apanya.
Dengan kebiasan seperti ini dalam beberapa bulan aku mendapatkan harta karun yang tidak ternilai.
Kebiasaan ini juga tidak muluk-muluk dan mudah dilakukan namun memberikan manfaat yang banyak.
Oh ya kemarin saya menyebarkan benih bunga matahari di depan rumah di bawah pohon apel. Biar nanti mereka mengatakan aku sebagai pemuja matahari. Terus mengatakan sebagai bi’dah, tidak boleh menanam bunga yang dapat membelokkan iman. Ha ha
End.
Yap, menanam di sore hari, 📝
LikeLike
Itu kata orang jaman lama di tempatku
LikeLike
Klau kata org zaman baru beda ya?
LikeLike
Itu pasti biji kacang .. panjang.
Waaah, nanem bunga matahari. Beli bijinya dimana Mas? Saya nyari di Surabaya blm nemu. Mau beli online harus beli lima bungkus sekalian 😦
LikeLike
Gak beli Mbak, hanya di kasih saja ..
LikeLike
Ooohh, kirain beli. Selamat berkebun..
LikeLike
Kalau mau saya kirimin
LikeLike
Saya pengen, tapi saya takut ngrepotin.
Ongkir daripada bijinya mahalan ongkirnya Mas.
LikeLike
Tidak memakai paket, tapi menggunakan surat biasa terus di sisipkan kedalam kertas nya😂
LikeLike
Wkwkwk. Jadi saya bakalan dapat surat matahari. Surat yg ada biji mataharinya. 🌻🌻🌻
Boleh Mas, jika tidak merepotkan. Saya akan sangat sangat berterima kasih. 😆
LikeLike
Coba alamat nya via email saja, lebih baik alamat kantor biar cepat sampai
layangseta@gmail.com
LikeLike
Baik Mas. Terima kasih.
LikeLike
Email saya ke alamat tsbt waitlisted Mas,
Apakah harus konfirmasi boxbe tsbt?
LikeLike
Iyaa kayane Mbak
LikeLike
Bener sekali.. kacang panjang bunga matahari dan buncis
LikeLike
Oh, ada buncisnya ternyata.
Daerah sana potensi juga ya Mas ditanami apel?
LikeLike
Enggak bisa berbuah besar kalau apel, kurang dingin..
Iyaa itu ada buncis nya, dulu saya beli bijinya di Toko Trubus, biasanya jadi satu dengan Lottemart
LikeLike
Oh, kurang dingin ya.
Mantap. Habis ini sekalian jadi pedagang sayur Mas. Bisnis sambilan. Hehe 😊
LikeLike
.. sudah menjadi pedagang sayur mbak, kan saya menulis artikel itu tidak berandai andai. .
LikeLike
Berarti luas lahannya Mas. Saya kira panenannya dikonsumsi sendiri. 🙂
sip sip..
LikeLike