Hama paling sulit untuk di atasi

image

Hama terbesar dalam pertanian di kampung kami adalah kawanan monyet. Monyet merupakan hama yang paling sulit untuk diatasi dengan banyak cara. Mereka pintar, nakal, berkelompok dalam jumlah banyak dan memiliki daya ingatan.

Ada dua jenis monyet yang mendiami hutan di atas sana, yaitu yang berwarna abu-abu dan monyet berwarna hitam (lutung). Lutung lebih pemalu daripada yang abu-abu, mereka akan selalu menjauh ketika melihat manusia disekitarnya, sedangkan monyet abu-abu hanya akan naik ke dahan pohon yang lebih tinggi sambil mengawasi gerak-gerik manusia.

Monyet merupakan hama pemakan segala, mereka memakan apapun yang mereka temui, mulai dari pisang, kacang tanah, jagung bahkan padi. Kalau sedang kelaparan bahkan dapat masuk ke rumah.

Ketika di ladang kami setiap hari menunggu dari pagi sampai petang.

Sering kami saling teriak untuk mengusir mereka agar menjauh, namun apa yang terjadi? Mereka malah gantian teriak-teriak dengan temannya sambil ngenjot enjot dahan pohon, sehingga malah menimbulkan keributan yang luar biasa. Bahkan ada yang dengan santainya berjalan-jalan di tanah sambil memandang kami dengan mimik muka polos.

Kalau kami melempari mereka dengan batu, mereka hanya menampakkan wajah bloonnya sambil memandang batu-batu yang beterbangan tanpa merasa takut sedikitpun. Atau memamerkan giginya sambil berbalik memainkan pantatnya ke kami. Kalau ada salah satu dari mereka yang terkena, maka yang lain akan mendekatinya sambil hilir mudik memandang.

Namun mereka akan takut jika kami melempari mereka dengan tongkat atau sesuatu yang panjang.

Mereka sudah mengerti dan membedakan antara tongkat dan senapan. Ketika ada yang membawa senapan mereka akan lansung berlari menuju ke atas pohon sambil berteriak teriak. Kalau hanya membawa tongkat sih mereka hanya akan teriak teriak di pohon.

Ketika kami menembaknya dengan senapan angin dan hanya mengenaik bagian tubuhnya, mereka malah celingukan sambil menggaruk-garuk bekas tembakan tadi.

Pernah juga kami menggunakan mercon untuk menakuti mereka, namun akhirnya kami sadar mereka lama kelamaan tidak takut. Mereka mengetahui bahwa suara ledakan itu tidak akan menyakiti mereka. Dan juga malah berat di biaya,.

Kalau mencabut singkong, mereka tidak melakukannya seperti kita manusia, namun mereka mencabut sambil membalikkan badan. Dan ketika satu monyet tidak bisa mencabutnya mereka kemudian beramai-ramai membantunya sampai tercabut.

Mereka juga dapat menangis seperti seorang bayi ketika terpojok, pernah kami menemukan satu yang terjatuh dari gendongan induknya dan kemudian menangkapnya dengan maksud untuk menyembelih, namun apa dikata, dari kami yang paling pemberanipun tidak tega untuk melakukannya demi melihat sorot mata monyet yang persis dengan anak manusia.

Ketika kami menggunakan kawat panjang yang mempunyai arus listrik tinggi dari genset untuk mengitari tegalan, kami berpikir bahwa mereka akan kapok ketika salah satu tersengat, eh ternyata malah membuat mereka bahagia dengan memainkannya sambil menunjuk-nunjuk ke kawat listrik. Pijat gratis kali ya.

Mereka juga memiliki ingatan yang bagus, ketika salah satu dari kami membawa pulang seekor monyet yang pingsan ke rumah kemudian menyiksanya (bukan aku), sorenya ketika dia pulang dari tegal an genteng rumahnya sudah porak poranda di kacaukan oleh kawanan monyet. Sejak saat itu kami jadi takut untuk membawa pulang monyet.

Ketika kami mencoba menggunakan jaring mengitari lahan. Apa yang mereka lakukan? Salah satu yang terbesar mengangkat jaring itu setinggi ukuran monyet, kemudian membiarkan yang lain melewatinya dan setelah selesai baru dia sendiri akan masuk ke dalam jaring yang telah dia angkat tadi.

Mereka juga teryata menyukai padi. Mereka bergulung-gulung di tanaman yang sudah menguning agar bulir bulir padinya menempel di bulunya, setelah merasa puas mereka akan kembali lagi ke sarangnya sambil menikmati cemilan padi itu.

Mereka juga dapat membedakan jenis kelamin kami.  Mereka akan lebih berani untuk berkeliaran di ladang jika petugas penunggunya adalah perempuan.

Kedatangan kawanan monyet selalu di dahului oleh monyet kecil yang bertengger di pohon yang paling tinggi, kemudian ada lagi monyet kecil yang berkeliaran di tanah kesana kemari tanpa arah yang jelas, dan sehabis itu akan datang satu monyet yang paling besar dengan teriakan khasnya, dan akhirnya kawanan monyet akan datang menyerbu.

Ketika melewati banyak pohon dan tanaman, mereka mirip seperti kedatangan angin.

Siapapun orangnya jika melihat keadaan ini pasti tidak akan dapat berbuat apa apa. Hanya bisa memandang mereka dengan ketakutan yang sangat. Apalagi kalau semua monyet itu di atas pohon terus semuanya memandangi kami. Kaki pasti bergetar.

Mereka turun dari hutan karena sumber makanannya sudah habis. Penyebabnya adalah hampir setiap tahun hutan di atas sana selalu kebakaran hebat.

Jika ini terus berlanjut, kami tidak akan dapat menanam apa-apa. Tanah akan hanya ditanami pohon dan rumput. Atau lebih ekstrim lagi kami akan berpindah ke hutan sana dan monyetnya akan berpindah ke pemukiman, gantian.

Ada yang menyarankan kami untuk memelihara anjing, namun kami tidak akan pernah melakukannya.

 

End.

21 thoughts on “Hama paling sulit untuk di atasi

  1. Duh cerdas sih tapi bandel dan merugikan ya.

    Susah juga tuh diberantas ya kalo habitat mereka sering kebakaran, dan sumber pangannya habis. Mungkin benar pindah penmukiman, atau malah pelihara anjing buat berjaga mas?

    Like

  2. Mas ini masih begini sampai sekarang di daerah Mas?

    Wah, cerdas tp bandel ya mereka. Ternyata penyebabnya dihutan kehabisan makanan mereka. Hmm, kalau
    Reboisasi hutan dengan menanam pula tanaman makanan mereka gimana Mas? Misal nanem pisang disela2 pohon lainnya. Nanem pohon buah2an dihutan, jd lambat laun mereka akan kembali.
    Tentu butuh waktu.

    Penyebab hutan kebakaran itu apa ya Mas? Apakah karena gesekan antar pohon di musim kemarau. Lawu juga sering sih lerengnya. Tiap kemarau sering kebakaran.

    Tp ngeri juga pas sekawanan mereka memandangi kita. Saya pernah pas di Merbabu diam ga berkutik waktu mereka tiba-tiba muncul di atas pohon lebih dr tiga ekor. Takut diserang.

    Like

    1. Masih sampai sekarang,

      Pernah kami beramai ramai menanam pohon buah-buahan, eh pisang nya malah kalah sama orang orang, belum tua udah di angkut Pulang..
      Saya kalau sendirian di ladang takut mbak, mereka juga tau kalau saya takut.
      Kebakaran hutan kadang emang di sengaja untuk mengusir, tapi malah efeknya lebih parah..tiap tahunnya bertambah.

      Beneran serem.. Takut mengeroyok

      Like

      1. Nah, sebenarnya letak masalahnya ada di manusia juga rasanya ya Mas. Hingga mereka kekurangan makanan terus akhirnya turun ke desa. Memang menjaga ekosistem tetap seimbang itu susah ya Mas. Perlu kesadaran bersama, agar bsa hidup berdampingan. (Ah, teori memang gampang kha..😢)

        Pernah baca tulisan juga : penyerangan lahan warga oleh gajah. Jd gajah2 ganggu lahan warga. Dirusak dan dimakan. Tp gajah mau balik ke hutan dan takut hanya dgn pawang atau mercon2 kecil.

        Entah Mas, saya belum ada usul solusi lain 😀🙏

        Like

        1. Iya sebenarnya semua kembali ke kita, soalnya beberapa tahun’ yang lalu ketika saya masih kecil, monyet* itu hanya di hutan, tidak pernah ke perkampungan. Kami lah yang mendesak kehidupan mereka.

          Kalau gajah kan dalam jumlah kecil. Ini satu kawanan.. yang anggota nya 30 an.
          Bayangkan jika 30 itu setiap tahun beranak, maka populasinya akan bertambah 15

          Like

          1. mereka terus berkembang biak. Hutan di sana kawasan cagar alam ga ya Mas. Atau hutan bebas? Kalau ada mungkin bisa dirembuk dengan pihak pengelola. Dicari solusi bersama, yang tidak merugikan kedua pihak. Mereka juga makhluk hidup yang hidup berdampingan dengan manusia.

            Tiba2 kepikiran, pengen suatu saat main ke kampung Masnya. Pengen lihat mereka dari dekat.
            Mereka bisa dijinakkan ga ya Mas. Saya berpikir manusia bisa berkawan dengan mereka.
            Tp kalau sekawanan begitu juga takut sih. Takut di serang.

            Like

            1. iya seperti itu, setiap tahun akan terus bertambah. dan sayangnya merupakan hutan bebas. Sudah sering kami bersama pihak tertentu mencoba menanam, tapi apa dikata..selalu ada yang nakal.

              Kayaknya tidak bisa berkawan, kalau berhadapan dengan hewan yang sudah kelaparan akan sulit di atasi, sama hal nya dengan manusia kan?

              Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s