Seperti yang sudah sudah, liburan di kampung tidak akan jauh dengan sungai, tanah dan hutan serta tanaman. Dengan alasan itulah kemarin saya membuat clay seed ball.
Clay seed ball adalah bulatan kecil yang berisi tanah dan biji biji tanaman yang nantinya akan “ dibuang” ke segala penjuru agar tumbuh dengan sendirinya dengan meminimalkan campur tangan manusia.
Dengan ini saya tidak perlu capek capek membuat lubang di tanah untuk membenamkan benih tanaman. Saya hanya tinggal membuang sana dan membuang sini bola-bola tersebut.
Teknik seperti ini menganut aliran Natural Farming, teknik pertanian yang lebih ekstrim daripada pertanian organik. Kalau pertanian organik hanya menekankan untuk tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam pengolahan sumber makanan, maka natural farming menitikberatkan pengolahan tanah tanpa harus di bajak (dibalik) karena mereka meyakini dengan pembalikan itu nantinya malah akan merusak struktur tanah yang sudah tertata baik oleh alam.
Tanaman ditumbuhkan sesuai dengan kondisi alam dan iklim. Mereka tidak akan membuat manupulasi terhadap apapun yang bertentangan dengan prinsip alam. Hidup selaras dengan kekuatan alam.
Saya meniru Manasobu Fukuoka yang mempopulerkan kembali teknik kuno menanam dengan menggunakan clay seed balls. Beliau terkenal dengan bukunya The One Straw Revolution.
Okay kembali ke clay seed balls.
Cara membuatnya sangat mudah, pertama persiapkan dahulu bahannya;
Tanah liat
Pupuk kompos/kandang
Berbagai jenis biji tanaman
Air
Setelah bahannya terkumpul langkah selanjutnya adalah mencampurkan semua bahan menjadi satu kemudian bentuk menjadi bola-bola sebesar kelereng. Sehabis itu keringkan ditempat yang tidak terkena matahari, dan sudah. Itu saja, dan kita sudah dapat menggunakan bola itu di lapangan.
Untuk percobaan selanjutnya saya akan mencampurkan benih di akhir pembuatan bola, seperti halnya membuat onde-onde.
Clay seed ball sangat berguna untuk menanam di tempat yang sulit dijangkau oleh manusia, misalkan di lereng tebing yang curam atau bantaran sungai yang rawan longsor
Saya sendiri menggunakan ketapel untuk “melemparkan” nya ke tempat-tempat yang di inginkan agar dapat menempel dengan kuat (tanahnya masih setengah basah). Sering saya iseng melemparkannya ke atap rumah.
Kalau tempatnya tidak begitu sulit saya hanya melemparkannya menggunakan tangan. Dan biarkan saja sampai bola itu mendapatkan kelembaban alami dan menumbuhkan benih yang terdapat di dalamnya.
Masanobu menyarankan agar kita tidak memendam bola bola itu ke dalam tanah atau malah menyiraminya, karena nanti malah akan merusaknya.
Beliau mengatakan agar kita membiarkannya untuk tumbuh dengan sendirinya dan seleksi alam akan membuatnya menjadi tananman yang baik, dimana tanaman yang kuat akan dapat tumbuh menjadi besar, sedangkan yang lemah akan mati dan sehingga nantinya kita akan mendapatkan tanaman yang benar-benar berkualitas tinggi. Tahan terhadap penyakit dan cuaca.
Enak ya main lempar2an 😁
LikeLike
Iyaa, seperti anak kecil 😂
LikeLike
Metode tanamnya menarik tuh mas, bikin gumpalan di remas2 gtu pa gimana mas?
LikeLike
Bikin gumpalan nya di goyang” mas
LikeLike
Orang Jepang memang hebat” 😧
LikeLike
Hebat karena mereka tekun dan mau belajar
LikeLike
Saya baru tahu, ada yang begini. *sungguh terlalu.
Biasanya yg ditanam biji apa Mas? Atau sudah pernah nyoba tanaman apa?
Kedelai gitu bisa ga?
Saya teringat, betapa gejik (membuat lubang ditanah) dulu begitu melelahkan. Belum lg nanti biji2nya dimasukkan ke lubang, terus di tutup pakai tanah dr wadek(endapan sungai).
LikeLike
Bisa semua..
Kalau kegiatan karang taruna beberapa bulan yang lalu menggunakan biji pohon Duwet, mahoni, jati dll..
Untuk diketahui, satu bola isinya banyak jenis tanaman, bukan hanya satu.
Kalau di tempat tersebut banyak ayam, teknik ini mungkin akan percuma .
Saya biasanya jenis sayuran, karena bijinya kecil*.
Kalau menginginkan kedelai , bulatan nya besar, malahan tidak efektif.. kelemahan teknik ini boros benih..
LikeLike
Oh, Oke Mas.
Iya, di Ladang masih banyak ayamnya. Mungkin burung jg banyak.
Terima kasih penjelasannya.
LikeLike
Kalau jagung seperti nya sayang duit, kan benihnya saja sudah mahal.
LikeLike
Iyaa. Kurng tepat juga ya kalau pake teknik itu.
Eman benihnya.
LikeLike
Terus cocok untuk lahan yang kering macam Tegal an gitu,
LikeLike
Keren tuh di coba di pekarangan rumah
LikeLike
He he, di coba ya
LikeLike
jadi inget kampung halaman
ijin share
https://www.hebros.co.id/
LikeLike
Iyaa, di perbolehkan
LikeLike