Perkataan dari eyang buyutku (kakeknya nenek) yang sering diceritakan oleh nenekku mengenai masa depan antara lain:
“ndok, sok mben ki enek jamane uwong yen do ngising enek njero omah”
Nak, suatu saat nanti akan ada masanya ketika orang orang buang air besar di dalam rumah.
Dengan bengong bercampur heran dan geli nenek saya menjawab.
“halah po iyok mbah, hla yen ngising enek njero ngomah prayo ngambon-amboni uwong karo suker”
Halah, masa iya kek, hla kalau buang airnya di dalam rumah bukankah akan membuat bau orang orang dan jorok.
Pada waktu eyang buyutku berkata demikian ketika masih dalam masa peperangan. Masa dimana buang air masih disungai dan wc yang jauh dari rumah. Maka dari itu nenek beranggapan bahwa wc akan jorok, bau dan menjijikkan ketika semua orang buang air di dalam rumah.
Dan dalam kenyataannya, sekarang hampir semua keluarga buang air besar didalam rumah.
Ada lagi beberapa perkataan eyang buyut mengenai masa depan yang sudah terbukti hingga sekarang ini.
Contohnya di bawah ini:
Suatu hari lagi beliau juga berkata , “ wong suk mben ke yen ngandi-ngandi ora nganggo sikil “
Orang orang nanti kalau pergi kemana mana tidak akan menggunakan kaki.
“ sok mben ke radio ke ketok wonge, angger dijenggrukne ngono kabeh uwong do nonton”
Suatu saat nanti radio bisa kelihatan orangnya, ketika diletakkan di tengah-tengah semua orang akan menontonnya.
“kayu, watu, lemah sok mben ki do dipangani”
kayu, batu dan tanah suatu saat nanti akan dimakan.
End.
Wah masss buyutnya .
LikeLiked by 1 person
ya seperti itulah, kami dari keluarga dukun hi h
LikeLike
Antara wah dan nakutin yaa mas 😁
LikeLike
semuanya bisa, ha ha..
eh ini pasti lagi disela sela mengajar ya
LikeLike
Saya nggak ada jam mas 😊😁 jdi blogwalking ajahh
LikeLike
enak banget, kalau saya jumat malah full, masih jumatan di sekolah terus pramuka
LikeLike
Iya mash tetep di skolah smpai sore mas, cuma gg ada jam hii.
Semangat mas , bdw selamat hari guru yaa 😄🙏
LikeLike
selamat hari guru juga
wah ini tadi tiba tiba anak satu sekolah pada kumpul di halaman sekolah, kemudian kompak menyanyikan hymne guru
merinding banget,
LikeLike
Haha….kalimat terakhir lucu…akankah? Klau kayu, iya
LikeLike
ya kita nanti saja pak, apakah bisa terjadi nanti
LikeLike
Keren ya buyutnya… jadi kangen alm. buyutku…
LikeLike
maklum, dulunya seorang dukun he he
kalau kangen nyekar di kuburan beliau donk
LikeLike
siap…. iya juga ya! Ko ga kefikiran
serius? dulunya dukun?
LikeLike
buyut.. simbah.. pakde.. semuanya dukun, kami keturunan dukun
LikeLiked by 1 person
Wah berarti masnya punya bakat keturunan sebagai paranormal 😀
LikeLike
saya memilih menjadi normal saja lah daripada menjadi paranormal
LikeLike
Sangat luar biasa perkataan buyutnya. Sangat filosofis nih….
LikeLiked by 1 person
makasih pak, sayang nya ilmunya lenyap tanpa di turun kan
LikeLiked by 1 person
Buyutnya masih Mas? Bisa ditanya” lagi tuh…
LikeLike
udah tidak ada mas, hanya meninggalkan sebongkah tetel.. alat untuk menghitung hari baik
LikeLiked by 1 person
Wah menarik tuh mas kalau Masnya bisa pakai? Hehehe
LikeLike
kata pakdhe saya, untuk dapat menggunakannya harus melakukan suatu ritual tertentu agar dapat akurat
LikeLiked by 1 person
Wah berat juga ya mas syaratnya
LikeLike
berat mas, butuh pengorbanan banyak
LikeLiked by 1 person
Harus mandi kembang tujuh rupa. Makan kemenyan gak? 😜
LikeLiked by 1 person
tujuh sendang, 🙂
LikeLike
Sendang itu sungai/ kali ya?
LikeLike
bukan, Sendang itu sumber mata air, letak nya terpencil
LikeLiked by 1 person
Oh iya iya. Saya tahu sekarang
LikeLike
kira kira seperti itulah
LikeLike
Yang terakhir itu juga sudah terjadi sepertinya ya—sekarang makanan banyak dikasih kimia ini-itu, gorengan pakai plastik dst.. Mantap eyangnya! 🍸
LikeLike
saya juga berpikir demikian
LikeLike