Minggu-minggu ini banyak kematian. Sehari bahkan ada yang sampai 3 orang dalam waktu yang hampir bersamaan. Untung saja kalau ada kematian kita tidak begitu wajib untuk hadir, tidak seperti acara pernikahan dimana kita wajib untuk hadir karena sudah di undang dan dicatat dalam buku besar lengkap dengan jumlah uang sumbangan. Jumlah sumbangan pun juga tidak ditentukan dengan patokan yang jelas. Bisa 2.000 (kalau tega) 5.000 atau bahkan bisa 100.000.
Sesuai dengan adat istiadat disini, selama 7 hari setelah kematian warga lingkungan sekitar disarankan untuk ikut membaca yaasiin dan tahlil ba’da isya dan berakhir sampai malam ke tujuh dengan diakhiri dengan semacam makan besar. Menurut orang orang tua, dalam jangka waktu 7 hari itu arwah orang yang meninggal masih ada disekitar dalam rumah.
Acara ini dipimpin oleh seorang uztad yang akan membimbing bacaan kami. Dan beliau juga menambahkan beberapa kata pengantar dan penutup sesuai dengan pesanan yang punya rumah.
Sebelum acara dimulai biasaya dibagikan dulu buku buku kecil yaasiin sebagai panduan yang tidak hafal . Di dalamnya sudah termuat lengkap mulai dari Al Fatihah sampai dengan doa Tahlil.
Ketika acara berlangsung, kami membaca Yaasiin dengan tuntunan dan irama yang disesuaikan dengan uztadnya. Kalau gak sama nanti malah dibilang sok pintar, ha ha. Nah, dramanya dimulai ketika Uztadnya membaca dengan kecepatan penuh agar cepat selesai sedangkan kami kami ini yang jarang membaca Quran harus segera mengikutinya. Dan bisa ditebak kamipun keponthel ponthel untuk membiasakan diri dengan bacaan arab dan hanya membaca yang paling depan dan paling belakang sedangkan yang tengah blur entah suara apa yang keluar. Bahkan ada juga yang dengan mata tertutup dia bisa membaca dengan mantap, eh ternyata dia hafal ding. Tak mungkinlah kita akan akan terus terusan membaca dalam kondisi seperti ini, nanti malah makin menambah dosa aja.
Maka dari itu kami lebih sering melirik latinnya daripada arabnya. Sehingga bisa membaca dengan nyaring, percaya diri, tanpa cela, dan menyakinkan. Ditambah bisa fasih dengan dengan kecepatan maksimal.
Repotnya kalau kami memiliki buku yang sama. Kadangkala dalam beberapa halaman antara huruf arab dan latin itu terpisah, bagi yang membaca huruf latinnya saja dia akan membuka halaman selanjutnya lebih cepat daripada yang membaca arab. Kenyataan yang memalukan dan kamipun jadi terbiasa.
Dan drama itu sudah berakhir, akhirnya kami wedangan dengan teh manis panas dengan ditemani tahu goreng dan bakwan goreng sambil memperbincangkan tentang harga benih jagung yang sudah naik dari tahun kemarin.
besok lama lama baca yasin nya di stel kan mp3 lewat hape secara berjamaah 😀
LikeLike
terus hadirin nya langsung disuruh makan aja ya ha ha
LikeLike