Setelah merintis selfsustainable food beberapa bulan. Hampir tiap hari makannya itu itu aja, lidah udah jadi bosan. Salah satunya kacan panjang, kacang panjang yang melimpah diluar dugaan memaksa kami harus tiap hari masak dengan menu yang hampir sama. Kalau gak sayur santan ya oseng kacang, ituu muluu. Padahal Sisanya yang masih banyak sudah di berikan tetangga kiri kanan dan jika masih sisa lagi dijual ke pedagang makanan yang ada disekitar pasar dengan harga Rp. 8000,- per ikat. (panjang kacangnya rata-rata 90– 110 cm) tapi masih terlalu banyak untuk dimakan sendiri.
Aku sekarang jadi paham mengapa banyak banget varian makanan dari satu bahan yang sama. Mungkin pendahulu kita sudah bosan setengah mati makan makanan itu itu melulu, jadi mereka berkreasi menciptakan makanan baru dengan rasa baru pula tapi dengan bahan yang sama.
Ambil contoh bahan makanan yang paling mudah didapat adalah singkong. Pada awalnya nenek moyang kita pasti makan dengan sistem rebus dan bakar, karena itu yang paling mudah. Dan mungkin karena sudah mulai bosan karena tiap hari makan itu itu aja maka mereka dengan kreatif membuat macam makananan dari bahan tersebut, sehingga muncullah varian makanan dari singkong. Antara lain, keripik singkong, utri, gethuk, gaplek, thiwul, klenyem, balung kethek, tape, opak, gethuk lindri, dan masih banyak lagi. Semua makanan itu hanya berasal dari satu bahan saja, yaitu singkong. Hanya dengan menambahkan sedikit bahan perasa lain macam gula , parutan kelapa , atau garam maka cita rasanya akan jauh berbeda.
Itu saja dari satu bahan, bayangkan jika dua bahan kemudian dibuat varian makanannya. Pasti udah gak terhitung lagi.
Jadi bangga dengan nenek moyang kita. Meskipun dengan segala keterbatasan mereka mampu menciptakan hal hal unik untuk kita nikmati sekarang ini.
Jadi pengen membuat dokumentasi sederhana makanan lokal unik nih !!!
Sekedar random talk 