Memuaskan hasrat berpetualang yang lama terpendam akhirnya minggu lalu terlaksana. Sebelum melakukan ini gue mencari bahan motivasi di youtube dengan kata kunci bike traveller, motorcycle traveling around the world, ring of fire adventure, setelah semangat dan keberanian terpompa maka berangkatlah sesuai dengan rute yang direncanakan.
Turing kali ini mengambil rute dari Pacitan, Ponorogo, kemudian kembali ke tempat asal. Dilihat dari google map perjalanan akan menempuh waktu sekitar 5 jam dengan syarat semua kondisi jalan lancar.
Sewaktu mau berangkat masih diliputi kebimbangan karena mendung sangat rendah seperti mau hujan lebat, sampai pukul 8 pun matahari belum kelihatan. Sampai akhirnya sekitar pukul 9 cuaca agak sedikit jelas, maka dengan cepat kuputuskan untuk segera berangkat.
Rute dari Rumah sampai Pacitan tidak ada hambatan berarti, aspalnya mulus hanya sedikit bergelombang setelah Baturetno. Rute Pacitan Ponorogo didominasi kelokan – kelokan tajam berbahaya di pinggir kelokan banyak terdapat kerikil. Di kanan kirinya terdapat tebing yang sering longsor baik ketika kemarau apalagi ketika musim hujan seperti ini, dalam rentang 1 Km saja hampir terdapat 7 longsoran dari bukit yang berseberangan dengan jalan raya. Maka dari itu perjalanan banyak terhambat pekerjaan jalan untuk membersihakan longsoran yang menutupi sebagian besar bahu jalan.
Tapi itu terbayar lunas dengan pemandangan menarik dan kualitas aspal yang baik. Di kanan kirinya banyak terdapat penambang batu kali, yang mengambil batu besar dari kali kemudian memecah menjadi kerikil, besar kecilnya tergantung pesanan. Bagiku kegiatan ini malah membahayakan penambang dan merusak keindahan sungai itu sendiri. Batu batu yang sedemikian bagus membentuk sungai setiap hari malah di ambil dan sepertinya tidak ada kesadaran untuk merawat lingkungan hidup mereka sendiri. Tapi karena untuk urusan perut, maka model ini sulit untuk di hilangkan. Dengan alasan untuk menambah pemasukan di waktu senggang kita tidak bisa berbuat apa apa. Mereka akan berhenti sendiri ketika batu kali tersebut habis atau ada bencana longsor yang menimpa mereka. Walaupun sebagian besar orang menilai pekerjaan ini berbahaya sebenarnya tanpa sadar mereka juga butuh batu kali ini untuk bahan bangunan misalnya, jalan raya, rumah. Tanpa ada mereka kita akan kesulitan untuk mencari batu koral sebagai penguat bangunan.
Sebenarnya jalan ini hanya mengikuti irama sungai besar yang menuju ke Pacitan. Rute ini termasuk jalan lintas kabupaten sehingga sering berpapasan dengan bus besar antar provinsi. Lalu lintasnya termasuk sedang, ramai juga enggak sepi juga enggak. Aku bisa meluncur konstan 60 kph sampai kota Ponorogo. Setelah memasuki daerah Slahung jika cukup berani bisa mencapai 90 kph karena jalannya mulus dan lurus doang. Masyarakat sekitar sepertinya punya kebiasaan membunyikan klakson seenaknya, sehingga kadang bikin deg degan aja ketika pengen membalap kendaraan besar yang berjalan lebih lambat.
Sedangkan Rute Ponorogo sampai Wonogiri didominasi jalan naik dan turun dengan sedikit kelokan, cukup menguras tenaga karena kualitas aspal yang jelek, meskipun tidak ada lubang berbahaya tapi tambalan aspal sana sini menyebabkan naik motor seperti naik kuda. Malah kadang kalau menemukan jalan yang sedikit liar sampai-sampai naik motor sambil berdiri persis banget naik kuda. Mungkin orang yang melihat di pinggir jalan memandang gue terlalu adventurer banget. Udah jalannya sempit, aspalnya gak mulus dan selalu bertemu dengan kendaraan besar macam bus AKAP dan truk besar. Paling menderita ketika sampai di kelokan, pengennya mau membalap tapi kelokan tajam juga memiliki bahaya sendiri. Karena tidak mengetahui lalu lintas yang ada didepannya. Salah perkiraan dikit maka kartu BPJS jadi terpakai.
Sebelum touring sebaiknya cek dulu tekanan ban. Karena untuk rute Pacitan Ponorogo agak sulit mencari tukang tambal ban.
Bagi yang menyukai wisata kuliner sebaiknya tidak melewatkan sate ponorogo sebelah timur alun-alun. Letaknya persis di pojokan, sayangnya gue lupa untuk mencatat namanya. Kuah kacangnya banyak dan rasanya pas (halah kok mirip situs wisata kuliner).