jika ke perempatan baturetno, tepatnya di depan pos polisi, sempatkanlah mampir untuk membeli minuman khas banjarnegara, yaitu dawet ayu. penjualnya seorang bapak paruh baya yang menggunakan gerobak dorongan warna putih untuk menjajakan dagangannya. tempatnya sangat strategis, karena tempat perlintasan dari berbagai tempat dan yang terpenting memiliki tempat parkir luas dan tempat berteduh untuk sekedar menikmati di tempat.
waktu masih sekolah dulu sering banget liat penjual seperti ini, tapi belum pernah sekalipun beli, karena aku anggap cuma dawet biasa aja yang memiliki rasa standar, tapi ternyata di luar perkiraanku.
tidak seperti dawet dawet yang biasa kita kenal, dawet ayu memiliki citarasa yang berbeda dengan dawet tradisional lainnya. sangat nikmat jika diminum ketika terik matahari menyengat. tapi menurutku yang disini kelewat manis (sebenarnya juga bisa kita pesan seberapa manis)
bahan dan isinya sih biasa aja, cendol warna hijau dan campuran saus gula merah di sertai wangi pandan dan kalau ingin juga bisa ditambahkan es (dawetnya di tempatkan di sebuah kuali yang besar), dan harganya cuma 1500. ciri khas lainnya adalah di gerobak penjual dawet biasanya terdapat gambar tokoh pewayangan semar dan gareng. entah apa maksudnya, akan tetapi menurut berbagai sumber tokoh itu memiliki makna seperti ini seMar, gaReng..dari dua suku kata yang belakang itu maka terbentuk sebuah kata baru MARENG, yang dalam bahasa jawa maksudnya kemarau. ada hubungannya?? tentu saja ada Jika musim Mareng maka identik dengan panas dan kering, ini akan memungkinkan orang orang mudah merasa kehausan dan ketika itu meradang tidak ada jalan lain kecuali beli sesuatu yang menyegarkan tenggorokan. apa yang bisa menyegarkan??tidak lain DAWET AYU. dan ketika banyak pembeli maka si penjual bisa tersenyum senyum, jadi tokoh wayang itu sebagai simbolisasi doa mereka agar musim kemarau cepat datang tapi enggan berlalu dengan cepat.
menurut sejarah dawet ayu cikal bakalnya dari jalan dipayuda, banjarnegara, dan menurut sejarah lagi kenapa di namakan AYU, konon katanya jaman dahulu ketika masih musim wayangan, ada seorang penjual dawet legendaris yang memiliki wajah yang cantik dan menyegarkan, maka dari itu para pembeli merasa terkesan dan menamakan dawet itu dengan tambahan ayu.
dan begitulah, sampai sekarang dawet ayu telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan dengan sedikit modifikasi tentunya, di sesuaikan dengan selera masing masing kota.
untuk sekedar informasi: bapak penjual ini biasanya mangkal siang sampai sore hari, jangan harap akan bertemu waktu pagi hari, karena tempat itu digunakan polisi sebagai tempat mangkal juga. dan sehabis membeli dawet sebaiknya sedotan yang udah kita pakai, buang jauh2 agar tidak dipakai lagi oleh penjualnya, he he
gerobak dengan ukiran semar di atasnya itu….#salam warga mbatu 🙂
LikeLike